Seperti yang disaksikan detikcom dan 3 jurnalis Indonesia lainnya di Pelabuhan Darwin, Northern Territory (NT) pada September 2015 lalu atas undangan Australia Plus ABC International.
Sore sekitar pukul 16.00 itu, terlihat satu kapal besar berwarna putih dan abu-abu bersandar. Ocean Ute, demikian tertulis pada lambungnya, merupakan salah satu dari beberapa kapal angkut yang dioperasikan perusahaan eksportir ternak hidup di Australia, Wellard Rural Exports Pty Ltd. Kapal sepanjang sekitar 139 meter dengan Gross Tonage 12.665 ton sedang bersiap menunggu sapi-sapi jenis Brahman yang akan dimuat untuk diekspor ke Indonesia.
![]() |
Di darat, sejumlah persiapan sudah dilakukan. Seperti menyiapkan loading dock untuk tempat masuk sapi-sapi dari truk ke kapal, mesin giling pelet untuk pakan sapi selama di atas kapal juga sudah menderu-deru, jerami-jerami yang dipres dalam bentuk balok untuk campuran pelet pakan ternak sudah disiapkan, juga serbuk-serbuk kayu yang dipres untuk alas sapi-sapi tersebut di atas dek kapal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Ada 550 ton pelet yang akan diangkut, 10 ton cacahan jerami, untuk pakan selama 5 hari untuk 4.000 ekor," demikian kata Madeline, petugas dari Wellard yang mengurus dokumen perizinan serta segala proses loading saat ditanya detikcom.
Wellard Rural Exports Pty Ltd merupakan perusahaan pengelola lapangan tempat mengumpulkan sapi sebelum diekspor
![]() |
Madeline menambahkan, pelet dan cacahan jerami itu akan dicampur dengan komposisi 1:25.
Sedangkan menurut CEO NT Livestock Exporter Association Stuart Kemp, mengatakan, sapi yang akan diangkut sore ini adalah 4 ribu ekor. Perjalanan melalui laut dari Darwin ke Jakarta akan memakan waktu 5 hari.
![]() |
"Dalam kapal itu ada dek-deknya, untuk sapi ada 4-5 dek, bawah diisi dulu baru kemudian ke atas," tutur Stuart.
MV Ocean Ute sendiri memiliki 7 dek, dek yang khusus untuk ternak total areanya 7.268 meter persegi. Selain itu, kapal ini diawaki oleh 36 anak buah kapal (ABK).
Kala ditanya adakah ternak-ternak yang mati saat dikapalkan, Stuart mengatakan ada kemungkinan 1-2 ekor bisa mati dalam perjalanan karena sakit, mabuk laut, daya tahan yang lemah dan sebagainya. Maka itu, 4.000 ekor sapi-sapi itu akan dirawat oleh beberapa stockman (orang yang mengurus hewan ternak di peternakan-peternakan Australia) di atas kapal.
Sekitar pukul 16.30, datanglah road train, sebutan truk trailer besar dengan rangkaian yang panjang. Penampakan kepala road train itu mengingatkan akan bentuk truk Optimus Prime dalam film Transformer.
![]() |
Di belakangnya kepala road train itu, ada 3 kontainer terbuka yang mengangkut ternak sapi. 1 Kontainer terbuka itu terdiri dari dua lantai, yang masing-masing lantainya bisa menampung 30-35 ekor sapi. Alhasil, 3 kontainer terbuka itu total bisa mengangkut sekitar 200 ekor.
Masing-masing kontainer butuh waktu sekitar 10 menit untuk memuat sapi ke dalam kapal. Jadi, satu road train dengan 3 kontainer dua lantai butuh sekitar 30 menit waktu muat.
Total waktu muat 4 ribu sapi, pelet, jerami dan sebagainya itu total 10 jam di Pelabuhan Darwin. Lama pengapalan sekitar 5 hari. Lantas, berapa biaya pengapalan untuk 4.000 ekor sapi ke Indonesia?
"Biayanya sekitar AU$ 5 juta (sekitar Rp 50 miliar-red) untuk sekali pengapalan ke Indonesia," ungkap Stuart.
Baca terus fokus Jelajah Australia, dan ikuti Hidden Quiz-nya!
(nwk/hen)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini