"Kami ingin mencari tahu apakah, contohnya, seseorang menyelinap melewati petugas keamanan atau alat pendeteksi logam. Kami juga berusaha mencari tahu apakah ada aktivitas tidak biasa di antara polisi maupun staf bandara," tutur salah satu pejabat otoritas setempat yang memahami penyelidikan kepada Reuters dan dilansir Ahram Online, Senin (9/1/2015).
Pemeriksaan CCTV ini dilakukan usai Inggris dan Amerika Serikat mengungkapkan keyakinan bahwa pesawat itu dijatuhkan oleh bom yang diselundupkan ke pesawat. Otoritas Mesir sendiri sebelumnya membantah klaim itu. Namun langkah ini menjadi pertanda bahwa Mesir sebenarnya meyakini keterlibatan militan dalam insiden ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Informasi yang kami dengar tidak dibagi dengan badan keamanan Mesir secara rinci. Kami mengharapkan agar informasi level teknis seperti itu diserahkan kepada kami pada level teknis, bukannya dirilis ke media di depan publik seperti ini," ucapnya.
"Kami merupakan pihak yang paling terkait terhadap isu itu," tutur Shoukry seperti dilansir Asia Times.
Secara terpisah, Ketua Tim Investigasi Mesir, Kapten Ayman Muqaddam juga menyatakan, tim penyidik sama sekali tidak mendapatkan informasi maupun bukti seperti klaim Inggris dan AS. Muqaddam menambahkan, 'suara' yang terdengar dalam rekaman kokpit tepat sebelum kotak hitam pesawat tak berfungsi, masih terus diselidiki. Analisis spektral perlu dilakukan untuk mencari tahu asal suara tersebut.
Pesawat jenis Airbus A-321 itu hilang kontak usai lepas landas dari bandara Sharm el-Sheikh, Mesir untuk terbang menuju St Petersburg, Rusia pada 31 Oktober lalu. Total 224 penumpang dan awak tewas dalam kejadian tersebut. (nvc/ita)