Perang Argumen Antara Obama dan Putin dalam Sidang Umum PBB

Perang Argumen Antara Obama dan Putin dalam Sidang Umum PBB

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 29 Sep 2015 17:47 WIB
Vladimir Putin dan Barack Obama (REUTERS/Kevin Lamarque)
New York - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama sama-sama memberikan pidato di hadapan Sidang Majelis Umum PBB. Meski disampaikan terpisah, isi pidato keduanya seolah berperang argumen soal Suriah dan posisi Presiden Bashar al-Assad.

Seperti dilansir AFP, Selasa (29/9/2015), Obama berpidato terlebih dahulu di hadapan Sidang Majelis Umum PBB. Obama menyatakan kesediaan AS untuk bekerja sama dengan Rusia dan bahkan Iran dalam melawan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), juga mengakhiri konflik di Suriah. Namun Obama memperingatkan bahwa Assad tidak bisa tetap menjabat hingga waktu yang tak terbatas.

"AS bersiap untuk bekerja sama dengan setiap negara, termasuk Rusia dan Iran, untuk menyelesaikan konflik. Tapi kita harus mengakui bahwa tidak akan bisa, setelah terjadi pertumpahan darah, pembantaian, untuk kembali pada status quo sebelum perang," ucap Obama, merujuk pada posisi Assad.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Obama beralasan, pemimpin Suriah merupakan pelaku utama yang mendalangi konflik di negaranya sendiri. Secara khusus, Obama menyinggung penggunaan bom barel yang menewaskan anak-anak tak berdosa di Suriah.

Seolah tak mau kalah, Putin yang berpidato setelah Obama menyalahkan intervensi militer AS di Irak dan Libya, yang menurutnya telah memicu kekacauan di wilayah Timur Tengah dan meninggalkan ekstremisme. Putin berargumen, militan ISIS yang kini merajalela di Suriah dan Irak muncul dari kekacauan yang ditinggalkan pasukan koalisi AS, usai lengsernya Saddam Hussein di Irak dan Muammar Khadafi di Libya.

Setelah Perang Dingin berakhir, tegas Putin, negara Barat muncul sebagai 'pusat dominasi' baru di dunia dan secara arogan menganggap diri mampu menyelesaikan konflik dengan kekerasan. Hal ini, menurutnya, semakin memicu kekacauan di Timur Tengah, dengan munculnya ekstremis dan teroris.

"Puluhan ribu militan bertempur di bawah spanduk ISIS, dan jajaran mereka termasuk mantan tentara Irak," imbuhnya.

Masih belum selesai, pemimpin Rusia ini juga menyebut kebijakan AS untuk melatih dan mempersenjatai pemberontak lokal Suriah hanya memperburuk situasi. "Jajaran radikal bergabung dengan oposisi moderat Suriah. Pertama, mereka bersenjata dan terlatih, dan kemudian mereka akan membelot ke ISIS," sebutnya. (nvc/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads