Seperti dilansir Reuters, Selasa (29/9/2015), acara makan siang ini yang digelar di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB pada Senin (28/9) ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting lainnya. Namun tetap yang paling menarik perhatian adalah Obama dan Putin yang duduk semeja.
Obama dan Putin sempat saling bersulang, namun suasana tegang dan kikuk antara keduanya tetap terlihat. Saat bersulang, Obama memberikan tatapan tajam sedangkan Putin sedikit tersenyum. Tidak lama kemudian Sekjen PBB Ban duduk di antara keduanya, sedikit mencairkan ketegangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Barack Obama, Ban Ki-moon dan Vladimir Putin (REUTERS/Kevin Lamarque) |
Acara makan siang ini digelar setelah Obama dan Putin menyampaikan pandangan mereka soal krisis Suriah di hadapan pemimpin dunia lainnya. Kedua tokoh ini bersikeras pada pendapat masing-masing soal peran Presiden Bashar al-Assad dalam pemerintahan Suriah.
Dalam pernyataannya, Obama menyatakan kesediaan AS untuk bekerja sama dengan Rusia dan Iran dalam mengakhiri konflik sipil di Suriah yang sudah berlangsung selama 4 tahun terakhir. Obama menyebut Assad sebagai pelaku utama dalam konflik ini.
Berlawanan dengan pendapat Obama, Putin menyebut tidak ada alternatif lain selain bekerja sama dengan militer rezim Assad dalam upaya memberantas militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Suriah. Putin juga menyerukan dibentuknya koalisi antiterorisme internasional yang lebih luas. Usulan Putin ini berpotensi memicu bentrokan dengan koalisi yang dipimpin AS, yang sudah beroperasi di Suriah dan Irak.
"AS siap untuk bekerja sama dengan setiap negara, termasuk Rusia dan Iran untuk menyelesaikan konflik. Tapi kita harus mengakui bahwa tidak akan bisa, setelah terjadi pertumpahan darah, pembantaian, untuk kembali pada status quo sebelum perang," ucap Obama merujuk pada posisi Assad.
Barack Obama dan Vladimir Putin (REUTERS/Mikhail Metzel/RIA Novosti/Poo) |












































Barack Obama, Ban Ki-moon dan Vladimir Putin (REUTERS/Kevin Lamarque)
Barack Obama dan Vladimir Putin (REUTERS/Mikhail Metzel/RIA Novosti/Poo)