"Ikrar saya hari ini, adalah membuat perubahan (kepemimpinan) ini semudah mungkin ... Tidak akan ada penghancuran, tidak akan merongrong dan tidak akan ada kecaman," ucap Abbott kepada media di luar Gedung Parlemen Australia di Canberra, seperti dilansir CNN, Selasa (15/9/2015).
Hanya dalam beberapa jam pada Senin (14/9), Malcolm Turnbull yang tadinya menjabat Menteri Komunikasi terpilih menjabat sebagai Ketua Partai Liberal dan otomatis menjadi PM Australia yang baru. Turnbull tercatat sebagai PM Australia ke-5 dalam kurun waktu 8 tahun terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika ada satu saran yang bisa saya berikan kepada media, ini dia: Jangan mempublikasikan klaim pribadi di mana orang yang memberikan klaim itu enggan menulis namanya. Jangan berkomplot untuk melecehkan dengan bertindak seperti pisau pembunuh," ucapnya.
Abbott juga menyinggung survei yang tampaknya dianggap sebagai salah satu penyebab perubahan opini masyarakat, hingga berujung voting internal Partai Liberal. Abbott sebelumnya pernah memastikan kepada konstituen bahwa 'kudeta internal' semacam ini tak akan terjadi di dalam Partai Liberal.
"Hakikat politik telah mengalami perubahan dalam beberapa dekade terakhir. Kita memiliki lebih banyak survei dan komentar dari sebelumnya. Kebanyakan sengit, pahit, pembunuhan karakter. Kepanikan yang dipicu survei telah memicu pergeseran posisi dalam lingkup Perdana Menteri yang tidak baik untuk negara kita," ucapnya.
Sejak tahun 2007, Australia memiliki lima PM yang berbeda, dengan catatan satu orang menjabat dua kali. Ini terjadi setelah PM John Howard dari Partai Liberal yang menjabat cukup lama, kalah dari Kevin Rudd dari Partai Buruh, dalam pemilu federal. Setelah Rudd, datanglah Julia Gillard, kemudian Rudd menjabat kembali dan Abbott menjabat. Namun selang 2 tahun, Abbott dikalahkan oleh Turnbull dalam voting internal Partai Liberal pada Senin (14/9). (nvc/ita)