Seperti dilansir AFP, Kamis (3/9/2015), beberapa traktor mulai tiba di Place de la Nation, wilayah timur Paris pada jam-jam sibuk pagi hari ini. Warga Paris diimbau untuk tidak menggunakan mobil pribadi, mengingat lalu lintas berpotensi lebih padat dari biasanya.
Dengan mengendarai traktor mereka, para petani datang dari segala penjuru Prancis secara perlahan. Aksi ini didasari kemarahan atas merosotnya harga pangan yang menurut mereka, disebabkan oleh kompetisi dengan produk asing, adanya sanksi Rusia, dan kesepakatan dari supermarket maupun distributor lokal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serikat petani terkemuka di Prancis, FNSEA menyatakan akan ada 1.733 traktor dan juga puluhan mobil maupun bus yang ikut aksi ini. Kepolisian setempat menyebutkan, ada lebih dari 1.300 traktor yang saat ini tengah mendekati Paris.
Untungnya, banyak warga yang mematuhi imbauan polisi dan memilih menggunakan transportasi publik pada Kamis (3/9) pagi waktu setempat. "Tidak ada banyak kemacetan yang disebabkan demonstran. Hanya terbatas," tutur juru bicara pusat informasi lalu lintas Paris.
Kombinasi berbagai faktor, mulai dari kebiasaan diet konsumen, lesunya permintaan China dan embargo Rusia terhadap produk-produk Barat telah mendorong penurunan tajam harga pangan seperti daging sapi, daging babi dan susu. Delegasi sekitar 100 petani telah mendatangi kantor Parlemen Prancis pada Kamis (3/9) waktu setempat untuk menyampaikan tuntutan mereka.
"Menyampaikan tuntutan dan keluhan dari dunia pertanian dan pedesaan yang berada di ambang kehancuran dan mengharapkan banyak hal dari perwakilan nasional," demikian pernyataan pihak Serikat Petani Prancis, FNSEA. (nvc/ita)











































