Menilik Aturan Kepemilikan Senjata di AS Pasca Penembakan Jurnalis

Menilik Aturan Kepemilikan Senjata di AS Pasca Penembakan Jurnalis

Dhani Irawan - detikNews
Jumat, 28 Agu 2015 05:46 WIB
Foto: REUTERS/via Facebook/Handout via Reuters
Virginia - Kabar mengejutkan mencuat ketika 2 jurnalis TV tewas ditembak saat live report. Keduanya yaitu reporter Alison Parker (24) dan juru kamera Adam Ward (27) yang meregang nyawa ditembak mantan rekan kerjanya, Vester Flanagan (41).

Pasca peristiwa itu, masalah kekerasan dengan senjata api disorot di Amerika. Dilansir AFP, Jumat (28/8/2015), Negeri Paman Sam itu memiliki tingkatan yang tinggi untuk kepemilikan senjata bagi sipil di antara negara maju lainnya. Setidaknya ada 89 senjata api per 100 orang yang juga berbanding lurus dengan tingginya kematian karena senjata api.

Menurut Indeks Perkembangan Manusia, dari setiap 1 juta orang di Amerika ada 29,7 kasus pembunuhan karena senjata api tiap tahunnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dibandingkan dengan Swiss yang merupakan negara dengan tingkat pembunuhan karena senjata api berikutnya yaitu 7,7 per 1 juta orang. Sementara Australia yang sejak tahun 1996 memperketat aturan senjata api dengan angka 1,4 kematian per 1 juta orang.

Penembakan di US sangatlah mengkhawatirkan. Berdasarkan Mass Shooting Tracker, ada sekitarr 248 kasus dalam 238 hari di tahun 2015.

Meskipun dalam Amandemen Kedua Konstitusi AS memberikan hak kepada warganya mengenai kepemilikan senjata, tapi peraturan itu berbeda-beda di setiap negara bagian.

Sejak tahun 1980-an, negara-negara bagian lebih cenderung melonggarkan aturan soal kepemilikan senjata. National Rifle Association telah menghabiskan jutaan dolar dalam rangka upaya untuk membalikkan larangan penggunaan senjata sejak tahun 2009.

Peraturan federal yang lebih dikenal dengan Brady Law membutuhkan pengecekan latar belakang, tapi hanya bagi penjual yang memiliki lisensi sebagai penyedia senjata api. Kelompok pengendali senjata api menyebutkan hal itu menyebabkan adanya 40 persen pembelian senjata api tanpa adanya pengecekan latar belakang.

Penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak senjata api per kapita di sebuah negara bagian yang berujung pada pembunuhan dengan senjata api.Berdasarkan Law Center to Prevent Gun Violence (LCPGV), dari 10 negara bagian dengan aturan penggunaan senjata api yang kuat, 7 di antaranya juga memiliki rekor rendah bagi kematian karena senjata api.

Setelah kejadian seorang yang menggunakan senjata semi otomatis membunuh 20 anak-anak dan 6 orang dewasa di sekolah dasar Connecticut di tahun 2012, Kongres membuat undang-undang untuk memperluas cek latar belakang dan pelarangan senjata tertentu. Tapi kedua usaha itu gagal.

Kini kasus penembakan masih mengkhawatirkan di Amerika. Terakhir penembakan terjadi menjelang akhir liputan pagi stasiun televisi WDBJ7 pada Rabu (26/8/2015), pukul 06.45 waktu setempat saat tayangan langsung di tepi danau di luar Roanoke, Bedford Country.

Dengan pistol, Flanagan membunuh Parker dan Ward saat tengah meyiarkan tayangan live. Usai menembak, Flanagan melarikan diri dengan mobilnya. Namun, saat polisi berhasil menangkapnya, dia menembak dirinya sendiri. (dhn/dhn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads