Jaksa Prancis, Brice Robin menyebutkan bahwa kopilot Germanwings, Andreas Lubitz diketahui menemui 41 dokter berbeda selama 5 tahun terakhir. Hasil penyelidikan menunjukkan, Lubitz sengaja menabrakkan pesawat ke Pegunungan Alpen di Prancis pada 24 Maret lalu. Sebanyak 150 penumpang dan awak yang ada di dalam pesawat rute Barcelona-Duesseldorf tersebut tewas.
"Aturan hukum Prancis melarang saya untuk membuka penyelidikan atas pembunuhan karena pelakunya sudah tewas," terang Robin usai bertemu dengan 200 keluarga korban di Paris, seperti dilansir AFP, Jumat (12/6/2015).
Keluarga korban yang masih berduka, ditunjukkan tiga rekonstruksi berbeda atas apa yang terjadi di kokpit pesawat saat kejadian. Robin menuturkan dirinya berusaha memulai penyelidikan kasus pembunuhan dalam insiden ini. Dia telah meminta tiga hakim setempat menangani kasus ini.
Menurut Robin, Lubitz yang menderita psikosis (kelainan jiwa) ini sangat khawatir kehilangan penglihatannya. Dia diketahui berkonsultasi dengan 41 dokter yang berbeda dalam waktu 5 tahun terakhir, mulai dari spesialis kejiwaan hingga spesialis THT.
Beberapa dokter yang pernah didatangi Lubitz telah diinterogasi penyidik Jerman. Mereka mengatakan, selama berkonsultasi Lubitz banyak mengeluh soal kondisi dirinya yang hanya memiliki penglihatan 30 persen dan hanya bisa melihat kilatan cahaya, serta menderita gangguan kecemasan hingga susah tidur.
Kendati demikian, dokter-dokter yang pernah menjadi tempat konsultasi Lubitz tidak bisa mengungkapkan gangguan mental kliennya karena kode etik dokter-pasien. Salah satu dokter diketahui menyarankan Lubitz untuk cuti bekerja sekitar 2 hari sebelum kejadian.
"Bagaimana menegakkan kode etik dan keamanan penerbangan jika Anda memiliki pilot yang rapuh," sebut Robin sembari menyebut hal tersebut akan menjadi salah satu kunci penting dalam penyelidikan.
(nvc/ita)











































