Dilaporkan media setempat NBC News dan dilansir Reuters, Jumat (12/6/2015), pekerja wanita bernama Joyce Mitchell ini ditugaskan menyediakan mobil untuk membawa kedua narapidana, yakni Richard Matt (48) dan David Sweat (34) kabur. Namun dia ketakutan dan masuk rumah sakit karena cemas.
Seorang pejabat senior pemerintahan yang enggan disebut namanya, seperti dikutip NBC News, menyebut Mitchell masuk rumah sakit pada Sabtu (6/6), hari yang sama ketika dua napi berbahaya itu diketahui kabur dan menghilang. Mitchell diketahui bekerja sebagai pengawas pelatihan industri pada kios penjahit di Lembaga Pemasyarakatan Clinton di Dannemora.
Saat diinterogasi polisi, Mitchell mengakui dirinya memiliki hubungan asmara dengan salah satu narapidana yang kabur, Matt. Menurut Mitchell, Matt yang memiliki sejarah pernah kabur sebelumnya, merayu dirinya selama beberapa bulan. Keduanya kemudian menjalin hubungan asmara, hingga akhirnya Mitchell sepakat untuk menyediakan dan mengemudikan mobil yang membawa kabur Matt dan Sweat.
"Dia (Mitchell-red) pikir itu sungguh-sungguh cinta," sebut salah satu pejabat AS yang memahami kasus ini kepada NBC News.
Mitchell sendiri sudah menikah dan memiliki seorang anak laki-laki yang sudah dewasa. Menanggapi hal ini, putra Mitchell meyakini ibunya tidak akan membantu narapidana untuk kabur dari penjara.
Matt dan Sweat yang sama-sama merupakan terpidana pembunuhan ini, berhasil melarikan diri dari penjara Clinton yang dikenal memiliki keamanan tingkat tinggi. Mereka kabur dengan melubangi tembok sel dan menembus terowongan.
Hingga kini, lebih dari 450 personel kepolian memburu keberadaan keduanya hingga ke wilayah Vermont, dekat perbatasan Kanada dan juga Philadelphia. Yang terbaru, pencarian difokuskan pada kawasan hutan yang ada di dekat kompleks penjara.
(nvc/ita)











































