Seperti dilansir AFP, Kamis (4/6/2015), kapal imigran ini ditemukan pada Jumat (29/5) lalu oleh kapal militer Myanmar, terombang-ambing di wilayah perairan negara tersebut. Namun hingga beberapa hari setelahnya, para imigran masih dibiarkan di tengah laut dan belum dievakuasi ke daratan.
Saat itu, juru bicara pemerintah Myanmar, Ye Htut menyatakan pihaknya masih mendata dan memeriksa identitas para imigran di dalam kapal tersebut. Ye Htut juga mengatakan bahwa sebagian besar imigran mengatakan ingin kembali ke Bangladesh dan otoritas Myanmar akan mengabulkannya.
Pekan ini, ratusan imigran tersebut dibawa ke kota Maungdaw, Rakhine. "Mereka tiba pagi ini sekitar pukul 09.30 waktu setempat," tutur seorang pejabat pemerintah setempat, yang enggan disebut namanya kepada AFP.
Pejabat ini menyebutkan, otoritas Myanmar berencana memindahkan para imigran ini ke desa Taungpyo Letwe, dekat perbatasan Bangaldesh. Di lokasi yang sama, juga ditempatkan sekitar 200 imigran gelap yang terlebih dahulu diselamatkan Myanmar dan masih didata kewarganegaraannya hingga kini.
Seorang pejabat lainnya di Sittwe, Rakhine yang enggan disebut namanya menuturkan, 200 imigran yang diselamatkan lebih dulu akan dikirimkan ke Bangaldesh, dalam beberapa hari ke depan. "Bangladesh sepakat untuk menerima mereka," sebut pejabat tersebut.
Namun seorang juru bicara otoritas penjaga perbatasan Bangladesh menuturkan kepada AFP, bahwa otoritas Myanmar belum secara sepenuhnya menunjukkan bahwa imigran-imigran itu memang berasal dari Bangladesh. Yang telah diterima hanyalah daftar imigran yang belum lengkap.
"Kebijakan kami adalah kami siap menerima imigran-imigran itu, asalkan ada bukti jelas bahwa mereka memang warga negara kami," ucap Mayor Abu Russell Siddiqui.
"Kami akan menerima mereka kembali, begitu bisa diverifikasi bahwa mereka benar warga Bangladesh," imbuhnya.
(nvc/ita)