Seperti dilansir AFP, Selasa (26/5/2015), komandan Angkatan Udara Thailand menuturkan bahwa beberapa pesawat akan melakukan pemantauan dan pencarian hingga sejauh 370 kilometer dari daratan Thailand. Pencarian ini akan difokuskan pada wilayah perairan di sebelah barat daya pantai Thailand.
"Kami telah mempersiapkan delapan pesawat dari dua unit," tutur Marsekal Udara Jom Rungsawang kepada wartawan setempat.
"Kami akan bekerja sama dengan pangkalan (darat dan laut) di sepanjang rute yang biasa digunakan kapal-kapal imigran," imbuhnya.
Operasi ini dilakukan di tengah kritikan keras yang diarahkan pada Thailand, Myanmar dan Bangladesh karena dianggap tidak melakukan pencarian secara aktif terhadap kapal imigran yang terombang-ambing di lautan. Ketiga negara juga didesak memberikan bantuan kemanusiaan dan menangani penyebab krisis imigran.
Ribuan imigran asal Bangladesh dan Myanmar diyakini masih terombang-ambing di Teluk Benggala dan Laut Andaman, setelah operasi pemberantasan sindikat penyelundup manusia digelar di Thailand Selatan hingga memaksa pelaku meninggalkan kapal mereka atau bersembunyi di perairan internasional.
Thailand sendiri akan menjadi tuan rumah pertemuan regional pada 29 Mei 2015, khusus membahas krisis imigran gelap yang memenuhi perairan Malaysia dan Indonesia. Ratusan imigran bahkan telah ditampung oleh kedua negara.
Ada laporan bahwa sejumlah jasad imigran dilempar ke laut begitu saja dan ada juga laporan imigran yang sekarat di lautan. Namun sejauh ini, jumlah imigran yang tewas belum diketahui pasti.
Pengumuman Thailand ini muncul setelah Amerika Serikat menyatakan pihaknya mulai melakukan pemantauan via udara di pantai barat Malaysia, lokasi yang sama dengan fokus pencarian otoritas Thailand. Tampaknya memang AS dan Thailand sama-sama memfokuskan pemantauan di Laut Andaman.
"Penerbangan ini konsisten dengan tawaran kami untuk membantu pemerintah di kawasan tersebut, untuk meningkatkan pemahaman atas situasi di Laut Andaman dan Teluk Benggala," ucap juru bicara Kedubes AS di Bangkok, Melissa Sweeney kepada AFP.
Untuk pencarian di Teluk Benggala, AS mengaku telah memberi penawaran dan masih melakukan pembahasan dengan pemerintah setempat soal izin terbang.
(Novi Christiastuti Adiputri/Nograhany Widhi K)