Pada Minggu (24/5/2015), Nash (86) dan istrinya Alicia (82) tewas dalam kecelakaan saat sedang menumpang taksi. Taksi yang ditumpangi pasangan itu hilang kendali dan menabrak pembatas rel saat berusaha mendahului kendaraaan lain.
Insiden itu mengakhiri kisah panjang hidup Nash dan sang istri. Cerita hidup Nash, memang bak dua sisi koin: heroik di satu sisi, memprihatinkan di sisi lain.
Nobel yang dianugerahkan kepadanya pada tahun 1994, jelas menjadi bukti imbas besar temuan Nash kepada dunia. Pengajar di Univesitas Princeton ini dikenal dengan sejumlah teori-teori matematika yang bermanfaat bagi dunia perekonomian. Teori-teori itu antara lain Nash equilibrium, Nash embedding theorem, Nash functions dan NashโMoser theorem.
Nash equilibrium atau yang dikenal lebih jauh sebagai teori permainan itu yang membuat Nash terpilih untuk mendapatkan Nobel. Teori itu bisa diterapkan untuk menjabarkan perilaku bisnis, misalnya dalam persaingan marketing antara dua atau beberapa perusahaan besar yang menguasai pasar (kartel). Teori itu menjadi landasan bagi perekonomian modern.
Tapi bukan teori dan nobel itu yang membuat sosok dan cerita hidup Nash spesial -- setidaknya di antara para peraih nobel lainnya. Pria kelahiran West Virginua 13 Juni 1928 ini menderita schizophrenia yang membuat dia sempat dikucilkan dalam waktu yang lama.
Karena gangguan kejiwaan yang diidapnya itu, Nash muda menganggap dirinya, dipilih oleh seorang kontak dari Pentagon, untuk menjalankan sebuah misi rahasia. Nash, dalam khayalannya itu, diberi perintah secara berkala oleh pria yang menjadi kontaknya itu, untuk menemukan pola dari susunan kata-kata yang ada di berbagai artikel.
Ketika berada di kampus, Nash mulai paranoid karena seringkali melihat sekumpulan pria berdasi merah. Nash merasa khawatir dia sedang dimata-matai oleh organisasi rahasia yang berasal dari Moskow.
Nash pun beberapa kali terlihat komat-kamit, berbincang sendirian di suatu ruangan kosong. Mulai saat itulah dia dianggap aneh dan mulai dikucilkan.
Alicia, sang istri, yang tetap mendampingi Nash akhirnya setuju untuk membawa suami guna menjalani terapi. Belakangan diketahui, schizophrenia yang diderita Nash sudah cukup parah. Sosok imajiner 'dari Pentagon' itu tak bisa hilang dari pikiran Nash.
Nash lantas dibawa Trenton State Hospital di New Jersey. Di sana, ia menjalani terapi yang cukup serius. Dia diberi suntikan insulin dalam jumlah besar.
Setelah bertahun-tahun dari pertama kali bertemu dengan teman imajinernya itu, Nash yang bersikukuh bahwa dia agen Pentagon, akhirnya menerima kenyataan bahwa dia mengidap gangguan Schizophrenia. Dia sadar setelah menyadari rekan imajinernya itu tidak pernah bertambah tua.
Meski begitu, Nash masih sering kali terlihat berbicara sendirian. Hal itu pula yang sempat membuat bimbang juri untuk memberikan nobel kepada Nash. Namun penghargaan bergengsi itu akhirnya tetap diberikan kepada ayah dua anak tersebut.
Kisah hidup Nash yang bak dua sisi mata uang itu dinarasikan dalam novel berjudul 'A Beautiful Mind' yang dibawa ke layar lebar dengan judul yang sama. Menghadirkan Russel Crowe sebagai aktor pemeran Nash, film yang dirilis tahun 2001 itu memenangi empat kategori Academy Awards.
(Fajar Pratama/hesti)