PBB telah mengeluarkan peringatan agar warga asing di Afsel lebih waspada terhadap serangan berbau xenofobia (fobia terhadap warga asing maupun hal yang berbau asing) yang semakin lama semakin meluas. Gerakan antiwarga asing ini pertama muncul di kota pelabuhan Durban, beberapa waktu lalu dan sekarang menyebar hingga ke Johannesburg.
"Di Afrika Selatan, serangan xenofobia yang berlangsung tiga minggu terakhir telah memaksa lebih dari 5 ribu warga negara asing untuk mengungsi," demikian keterangan badan pengungsi PBB, UNHCR dalam pernyataannya seperti dilansir AFP, Sabtu (18/4/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam keterangannya, UNHCR menyebut PBB sebagai lembaga internasional sangat khawatir dengan situasi di Afsel. Warga asing yang harus mengungsi dari tempat tinggal masing-masing, kini tinggal di penampungan sementara.
Sementara itu, negara tetangga Afsel seperti Zimbabwe, Malawi dan Mozambique telah mengumumkan rencana untuk mengevakuasi warga negara masing-masing keluar dari Afsel, mengingat bahwa kekerasan semakin meluas.
Serangan terhadap warga asing di Afsel ini disebut-sebut dipicu oleh pidato Raja Goodwill Zwelithini, pemimpin etnis Zulus yang menyalahkan warga asing di Afsel atas tingginya angka kejahatan di negara tersebut. Raja Zwelithini bahkan mengatakan warga asing harus segera pergi meninggalkan wilayah Afsel.
Pidato tersebut disampaikan bulan lalu dan Raja Zwelithini telah menyatakan bahwa pernyataannya salah dimengerti. Namun bagi beberapa pihak, pernyataan Raja Zwelithini tersebut mencerminkan apa yang sebenarnya dirasakan warga Afsel.
Perekonomian Afsel yang cukup stabil banyak menarik imigran dari negara-negara Afrika lainnya, baik yang legal maupun ilegal. Namun besarnya kesenjangan dan tingginya jumlah pengangguran, membuat warga asli Afsel membenci para imigran.
"Kami meyakini bahwa penyebab serangan xenofobia ini adalah kegagalan kebijakan pemerintah," sebut Mienke Mary Steytler dari South African Institute of Race Relations.
"Tingginya angka pengangguran dan kesenjangan sosial tidak ditangani," imbuhnya.
(nvc/gah)