Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Yaman Riyadh Yasseen hari ini saat diwawancarai stasiun televisi al-Arabiya, seperti dilansir kantor berita Reuters, Selasa (31/3/2015).
Ketika ditanya apakah Yaman menginginkan intervensi operasi darat oleh koalisi Arab, Yasseen menjawab: "Ya, kami meminta untuk itu, dan secepat mungkin, demi menyelamatkan infrastruktur kami dan menyelamatkan warga Yaman yang berada di bawah pengepungan di banyak kota."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam operasi militer ini, Saudi mengerahkan 100 pesawat tempur dan 150 ribu tentara. Selain itu, pesawat-pesawat dari Mesir, Maroko, Yordania, Sudan, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar dan Bahrain juga ikut serta dalam operasi besar-besaran ini.
Konflik di Yaman terjadi setelah kubu pemberontak Houthi melengserkan Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi. Hadi kemudian berupaya mempertahankan kekuasaannya dengan mengungsi dari ibukota Sanaa dan mendirikan pusat pemerintahan di kota Aden. Operasi militer Saudi ini dilakukan setelah Houthi terus bergerak mendekati kota Aden, dan ini dikhawatirkan akan mengancam keselamatan Presiden Hadi.
Sepak terjang kaum Houthi telah membangkitkan dugaan Arab Saudi, bahwa aksi mereka disokong oleh pemerintah Iran, yang juga beraliran Syiah. Namun, baik kaum Houthi dan Iran menepis dugaan tersebut. Meski demikian, ada kekhawatiran bahwa operasi militer Saudi dkk akan memicu konflik baru yang menyeret Iran.
(ita/ita)