Pesawat Airbus A321-200 milik Lufthansa rute Bilbao-Spanyol ke Munich-Jerman menanjak pada ketinggian 31 ribu kaki. Namun tiba-tiba, saat pesawat disetel autopilot, hidung pesawat itu menukik dan anjlok hingga 4 ribu kaki. Untung saat itu, pesawat yang mengalami insiden pada 5 November 2014 lalu bisa dikendalikan. Buntutnya, Lufthansa mengganti semua sensor yang beku pada pesawat seri Airbus A320.
Pesawat bernomor registrasi D-AIDP dengan nomor penerbangan LH-1829 itu akhirnya bisa dihentikan laju penurunannya di ketinggian 27 ribu kaki, kemudian naik lagi ke ketinggian 28 ribu kaki hingga mendarat dengan selamat di Munich 110 menit kemudian.
Insiden ini pertama kali dituliskan oleh media penerbangan flightglobal.com pada 12 Desember 2014 lalu, kemudian Aviation Herald dalam situsnya avherald.com pada 28 Desember 2014 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari ilmuterbang.com, angle of attack (sudut serang) adalah sudut antara sayap dan aliran udara yang melewati sayap. Bila sudut serang ini terlalu besar, maka pesawat akan kehilangan daya angkat, inilah yang disebut stall. Jika pilot gagal mengatasi kondisi stall ini, maka akan kehilangan kendali dan bisa kehilangan ketinggian dengan cepat.
Kembali ke insiden A321 Lufthansa tadi, Aviation Herald menuliskan bahwa saat pesawat memasuki fase stall, Alpha Protection kemudian aktif dan memaksa moncong pesawat menukik ke bawah, yang tak bisa dikoreksi pilot oleh tongkat pengendalinya. Alpha Protection adalah sistem yang mencegah sudut serang untuk menanjak terlalu tinggi. Pilot akhirnya memutuskan Air Data Unit ini sehingga kondisi pesawat bisa dipulihkan.
Imbas dari insiden ini, Badan Keselamatan Penerbangan Eropa (European Aviation Safety Agency/EASA) langsung mengeluarkan petunjuk darurat kelaikan udara bernomor 2014-0266-E_1 yang berbunyi:
An occurrence was reported where an Airbus A321 aeroplane encountered a blockage of two Angle Of Attack (AOA) probes during climb, leading to activation of the Alpha Protection (Alpha Prot) while the Mach number increased. The flight crew managed to regain full control and the flight landed uneventfully.
When Alpha Prot is activated due to blocked AOA probes, the flight control laws order a continuous nose down pitch rate that, in a worst case scenario, cannot be stopped with backward sidestick inputs, even in the full backward position. If the Mach number increases during a nose down order, the AOA value of the Alpha Prot will continue to decrease. As a result, the flight control laws will continue to order a nose down pitch rate, even if the speed is above minimum selectable speed, known as VLS.
This condition, if not corrected, could result in loss of control of the aeroplane.
(Dilaporkan terjadi pesawat Airbus A321 mengalami penyumbatan dua Angle of Attack saat menanjak, mengarahkan pada aktifnya Alpha Protection (Alpha Prot) saat Mach bertambah. Kru kabin akhirnya bisa mengambil kendali penuh hingga mendarat.
Saat Alpha Prot teraktifasi karena AoA tersumbat, kendali pesawat memerintahkan hidung pesawat menukik, dalam skenario terburuk, tidak bisa dihentikan dengan kendali tongkat, meski dalam posisi penuh. Jika angka Mach bertambah saat hidung pesawat menukik, nilai AoA dari Alpha Prot akan terus berkurang. Sebagai hasilnya, hukum kendali terbang akan melanjutkan hidung pesawat menukik, meski kecepatan masih di atas kecepatan minimum terpilih (VLS)
Kondisi ini, jika tidak dibenahi, akan menghasilkan hilang kendali pada pesawat.)
Insiden ini akhirnya dikonfirmasi pihak Lufthansa sendiri pada Jumat, 20 Maret 2015 lalu atau 4 bulan setelah insiden, seperti dilansir dari majalah Der Spiegel. Lufthansa mengatakan 109 penumpang di pesawat A321-200 itu selamat.
Lufthansa mengakui akhirnya mengganti sensor Angle of Attack (sudut serang) pada 80 pesawat seri A320. Badan Investigasi Kecelakaan Penerbangan Jerman rencananya merilis laporan insiden ini pada Selasa 24 Maret 2015 kemarin.
Sebulan setelah insiden A321-200 Lufthansa itu, 28 Desember 2014, AirAsia QZ8501 jatuh ke Laut Jawa. Kemudian 4 bulan setelah insiden Airbus A321 Lufthansa, pada Selasa (24/3/2015) kemarin, Germanwings -anak perusahaan Lufthansa- jatuh di Pegunungan Alpen, Prancis. Apakah ada hubungannya dengan sensor sudut serang? Biar investigator kecelakaan pesawat yang akan mencari tahu.
(nwk/mad)