"Mereka bertambah luas dalam hal wilayah, menduduki bandara-bandara dan kota-kota, menyerang Aden dengan pesawat-pesawat, menahan siapapun yang mereka mau, mengancam dan mengumpulkan pasukan mereka," tutur Yaseen dalam wawancara dengan media Al-Jazeera seperti dilansir kantor berita Reuters, Selasa (24/3/2015).
"Kami telah menyampaikan pada Dewan Kerjasama Teluk, PBB serta komunitas internasional bahwa seharusnya ada zona larangan terbang, dan penggunaan pesawat militer harus dicegah di bandara-bandara yang dikuasai Houthi," tandasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini kekerasan antara kelompok bersenjata di Yaman, seperti Houthi, al-Qaeda, dan militan ISIS semakin meningkat. Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi yang dilengserkan oleh Houthi pada Februari silam, telah melarikan diri dari ibukota Sanaa ke kota Aden di Yaman selatan.
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB telah menggelar sidang darurat terkait situasi keamanan di Yaman pada Minggu, 22 Maret waktu setempat. Sebelumnya, para pemberontak Houthi mendeklarasikan pemerintahan baru pada Februari lalu untuk menggantikan pemerintahan Presiden Hadi.
Houthi merupakan kelompok minoritas Syiah dan deklarasi mereka tak diakui oleh kelompok Sunni dan para pemimpin di wilayah selatan. Hadi sendiri telah menyerukan agar para pemberontak menarik anggotanya dari Sanaa, namun Houthi malah menyerukan mobilisasi untuk melawan pasukan presiden.
(ita/ita)