Seperti dilansir Reuters, Kamis (19/3/2015), militan ISIS di Libya banyak melakukan serangan dan serangkaian aksi kekerasan untuk menunjukkan eksistensinya, salah satunya dengan pemenggalan warga asing.
Selama ini ISIS tergolong aktif di wilayah Libya bagian timur, yang merupakan markas pusat pemerintah Libya yang diakui secara internasional. Namun akhir-akhir ini, ISIS di Libya mulai bergerak ke barat memasuki kota Sirte.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beberapa tentara kita dibunuh pagi ini oleh ISIS di area Nawafaliyah," tutur pejabat senior pemerintah di Tripoli, merujuk pada kota yang ada di wilayah selatan Sirte.
"Korban-korbannya dibunuh, bukan akibat konfrontasi," imbuhnya kepada wartawan setempat, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Mengantisipasi bentrokan lainnya, warga Sirte memilih untuk mengungsi. Banyak yang mengungsi dengan mobil dan kendaraan lainnya menuju wilayah Misrata.
Pada Rabu (18/3) malam waktu setempat, lebih dari 1.000 orang terlihat berkumpul di pusat kota Misrata, yang berjarak 200 kilometer dari Sirte, untuk menghadiri acara pemakaman tentara yang tewas.
ISIS di Libya memanfaatkan kekisruhan politik yang dipicu oleh dua kubu pemerintahan di negara tersebut. Tentara yang seharusnya menjaga keamanan di Tripoli, terpaksa bertempur melawan ISIS yang semakin menambah kekacauan.
Dalam beberapa bulan terakhir, ISIS di Libya mengklaim telah mendalangi serangkaian serangan teror termasuk penyerbuan terhadap hotel mewah Corinthia di Tripoli, serta pemenggalan 21 warga Kristen Koptik asal Mesir di Sirte.
(nvc/ita)











































