Seperti dilansir Reuters, Senin (16/3/2015), wanita yang berasal dari wilayah Chechnya, Rusia itu sudah bercerai dengan suaminya yang warga negara Belanda. Sang mantan suami dan otoritas Belanda tidak mampu mencegah kepergian wanita berusia 33 tahun ini.
Identitas wanita ini tidak dirilis ke publik oleh otoritas Belanda. Wanita ini bersama dengan dua anaknya yang berusia 7 tahun dan 8 tahun, selama ini diketahui tinggal di kota Maastricht.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala sekolah tempat anak-anak wanita itu bersekolah memperingatkan ayah mereka bahwa wanita itu mencetak sendiri tiket pesawat untuk dirinya dan kedua anaknya. Pesawat tersebut diketahui menuju ke Yunani.
Otoritas Belanda meyakini, wanita itu dan kedua anaknya kini telah berada di wilayah Raqqa, yang merupakan markas kuat ISIS di Suriah.
Jaksa penuntut Belanda mencurigai, wanita ini mendapat bantuan dari perekrut asing yang merancang perjalanan wanita ini mulai dari Belanda hingga ke Suriah, hingga dia berhasil lolos dari penangkapan internasional. Otoritas Belanda masih menyelidiki kasus ini secara mendalam.
Selama 2 tahun terakhir, otoritas Belanda mencatat ada puluhan keluarga yang pergi ke Suriah bersama anak-anak mereka untuk bergabung dengan ISIS. Namun kasus ini merupakan kasus pertama yang melibatkan penculikan oleh salah satu orangtua, yang membawa anaknya tanpa izin dari pasangannya.
Kementerian Kehakiman Belanda menyebut, total ada 180 warganya yang pergi ke Suriah untuk berjihad. Sekitar 35 orang diketahui telah pulang kembali dan sekitar 21 orang lainnya dilaporkan tewas dalam pertempuran di Suriah.
(nvc/nwk)