Hal tersebut disampaikan Asisten Menlu Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Zheng Zeqiang saat menerima Ketua Delegasi RI di Beijing, di sela-sela acara pertemuan konsultatif RI-Tiongkok ke-2.
"Begitu pula, konsep kerjasama kemaritiman yang dilontarkan kedua kepala negara/pemerintah baru-baru ini menjadi sangat relevan. Mulai dari konektivitas infrastruktur, pertukaran dagang, kerjasama teknologi hingga peralihan modal menjadi elemen yang bisa digarap bersama," ujar Zheng seperti disampaikan PLE Priatna, Wakil Kepala Perwakilan RI Beijing dalam surat elektroniknya, Jumat (13/3/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Demikian disampaikan Priatna yang mengutip Dr Darmansjah Djumala, Ketua Delegasi RI dalam pertemuan di Beijing tersebut. Hadir pula dalam pertemuan tersebut, anggota pakar Dr Makmur Keliat, Heri Syarifuddin, Kapus P2K2 Aspasaf dan KBRI Beijing,
Seperti diketahui, RRT adalah salah satu negara pendiri KAA 1955.
"Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) menjadi penting dan relevan saat ini, di mana Indonesia dan RRT menjadi tonggak penting gerakan non blok, kerjasama Utara-Selatan, dan Selatan-Selatan," tutur Cai Run, Dirjen Perencanaan Kebijakan Kemlu RRT saat memberikan sambutan.
Dalam kesempatan ini, pihak RRT memberi indikasi kuat bahwa dalam rangka peringatan KAA ke-60 di Bandung, kepala negara/pemerintahan Tiongkok akan hadir.
Forum dialog RI-Tiongkok tersebut berlangsung sangat produktif dengan berbagai kesepakatan untuk meningkatan kerjasama strategis.
"Merevitalisasi relevansi semangat Bandung dalam konteks dinamika global saat ini, sekaligus memperluas ruang jelajah strategis RI dengan RRT menjadi penting. Indonesia dipandang sebagai sahabat RRT di ASEAN, yang menjadi mitra yang dipercaya. Menyambut komunitas ASEAN 2015 ini, peran RRT secara ekonomis pun menjadi sangat relevan," tandas Priatna.
(ita/ita)