"Ekstremis dari gerilyawan IS (nama lain ISIS) di Libya melancarkan serangan mendadak terhadap kompleks kilang minyak, menewaskan delapan tentara," tutur juru bicara unit pengawas fasilitas ladang minyak tersebut, Ali al-Hassi seperti dilansir AFP, Sabtu (7/3/2015).
Perusahaan Minyak Nasional Libya (NOC) juga membenarkan adanya serangan terhadap kilang minyak Al-Ghani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pernyataannya, NOC menyebut sekelompok pria tak dikenal menyerbu gedung-gedung dan infrastruktur di kompleks kilang minyak tersebut. Mereka melepas tembakan secara brutal, namun tidak ada staf yang terluka karena mereka berhasil menyelamatkan diri ke tempat aman.
Asap tebal terlihat membumbung tinggi dari lokasi kilang minyak yang terbakar. Bahkan asap kebakaran itu masih bisa disaksikan dari kota Zela yang berjarak 60 kilometer dari kilang minyak Al-Ghani.
Ali al-Hassi menembahkan, tentara pemerintah Libya akhirnya berhasil merebut kembali kompleks kilang minyak tersebut. Tentara tambahan dikerahkan dari kilang minyak lainnya, yang dekat dengan lokasi.
Pada Selasa (3/3) lalu, militan setempat menyerbu dan menguasai kilang minyak Al-Bahi dan Al-Mabrouk yang ada di wilayah Sirte. Akibatnya, perusahaan-perusahaan pengelola minyak bahkan mengancam akan menutup seluruh sumur minyak dan pelabuhan milik mereka, jika situasi keamanan tidak juga membaik.
Minyak merupakan sumber daya alam paling utama bagi Libya. Total ada 11 kilang minyak di negara tersebut, dengan jumlah produksi pra-revolusi mencapai 1,6 juta barel per harinya. Namun setelah serangan koalisi milisi Fajr Mibya, pada Desember lalu, jumlah produksi menurun hanya 350 ribu barel per hari.
(nvc/gah)