Menurut Kementerian Luar Negeri Prancis, seperti dilansir AFP, Rabu (25/2/2015), wanita ini diculik pada Selasa (24/2) waktu setempat di ibukota Sanaa. Wanita Prancis ini diidentifikasi sebagai Isabelle Prime (30).
Entah mengapa Prime masih ada di Yaman, padahal otoritas Prancis telah mengimbau seluruh warganya yang ada di Yaman untuk segera meninggalkan negara tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia hendak pergi beberapa hari ke depan," terang atasan Prime, Francisco Ayala kepada AFP via telepon.
Prime dan koleganya, seorang warga Yaman beserta sopir taksi, tengah melaju di jalanan utama kota Sanaa untuk berangkat kerja. Namun tiba-tiba, taksi tersebut dicegat oleh sekelompok pria berpakaian seperti polisi.
"Tampaknya mereka berkeliling kota dan pada akhirnya, sang sopir taksi dilepaskan setelah beberapa jam," imbuh Ayala.
"Dia (sopir taksi-red) yang memberitahu kami dan memberikan informasi kepada otoritas setempat," sebutnya.
Menurut Ayala, pelaku penculikan juga ingin membebaskan kolega wanita Prime, namun kolega tersebut menolak untuk membiarkan Prime sendiri dengan pelaku.
Atas insiden ini, Presiden Francois Hollande menyerukan agar Prime segera dibebaskan. Sedangkan pihak Bank Dunia menyatakan rasa prihatinnya atas nasib Prime dan koleganya.
Situasi keamanan di Yaman semakin tak menentu semenjak milisi Syiah Houthi turun gunung dari markas mereka dan menyerbu ibukota Sanaa. Milisi Houthi menduduki gedung pemerintah dan istana kepresidenan, hingga akhirnya merebut kendali atas Sanaa pada September 2014 lalu. Pemerintah dan parlemen Yaman pun resmi dibubarkan pada 6 Februari lalu.
(nvc/ita)