Begitu vonis dibacakan oleh hakim, pengadilan dipenuhi teriakan 'Turun, turun penguasa militer' yang disampaikan oleh pendukung Abdel Fattah. Demikian seperti dilansir Reuters, Senin (23/2/2015).
Abdel Fattah merupakan pemimpin sekuler yang mencuat saat revolusi penggulingan diktator Hosni Mubarak pada tahun 2011 lalu. Dia juga dikenal sebagai blogger yang kritis terhadap pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bawah undang-undang yang baru, setiap unjuk rasa di Mesir yang digelar harus mendapat izin dari otoritas maupun kepolisian setempat. Izin tersebut paling tidak harus dikeluarkan 3 hari sebelum unjuk rasa digelar. Pemerintah berhak menolak untuk memberikan izin, jika unjuk rasa yang digelar dirasa menjadi ancaman bagi keamanan nasional.
Bersama 24 terdakwa lainnya, Abdel Fattah telah dijatuhi vonis 15 tahun secara in absentia atas pelanggaran hukum tersebut.
Di bawah larangan unjuk rasa tersebut, otoritas Mesir menangkap ratusan orang yang dianggap melakukan unjuk rasa tanpa izin. Beberapa dilepaskan, namun tidak sedikit yang diadili dan berujung di penjara.
(nvc/ita)