Serangan udara Amerika Serikat dan koalisi internasional menewaskan seorang ahli senjata kimia kelompok ISIS di Irak. Dia pernah bekerja untuk mendiang mantan presiden Irak, Saddam Hussein.
Serangan udara di dekat kota Mosul itu menewaskan Abu Malik, yang berkat pelatihan yang telah didapatnya, kelompok ISIS bisa berupaya untuk memiliki kemampuan senjata kimia.
Malik pernah bekerja di proyek produksi senjata kimia di bawah rezim Saddam dan kemudian bergabung ke jaringan teroris Al-Qaeda di Irak pada tahun 2005, sebelum kemudian bergabung dengan ISIS. Demikian disampaikan Komando Pusat AS seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (31/1/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejauh ini belum ada tanda-tanda bahwa kelompok ISIS memiliki simpanan senjata kimia. Namun beredar rumor bahwa para jihadis ISIS telah menggunakan gas chlorine, meski tidak begitu mematikan dibandingkan gas saraf.
Seorang pejabat pertahanan mengatakan, Abu Malik telah terlibat dalam operasi untuk memproduksi senjata kimia pada tahun 2005, dan merencanakan serangan-serangan di Mosul dengan Al-Qaeda di Irak. Abu Malik juga dikenal sebagai Salih Jasim Mohammed Falah al-Sabawi.
"Berdasarkan pelatihan dan pengalamannya, dia dinilai mampu menciptakan agen-agen kimia yang berbahaya dan mematikan," tutur pejabat tersebut.
"Kami tahu ISIL berupaya mendapatkan kemampuan senjata kimia, namun kami tak punya konfirmasi definitif bahwa ISIL saat ini memiliki senjata kimia," tandasnya.
(ita/ita)