Tanah longsor dan banjir bandang melanda wilayah Filipina sebagai dampak dari badai tropis Seniang atau Jangmi. Sedikitnya 30 orang dilaporkan tewas akibat bencana alam yang melanda wilayah selatan dan pusat Filipina ini.
Seperti dilansir AFP, Selasa (30/12/2014), badai tropis ini memicu hujan deras sejak Senin (29/12) kemarin. Akibatnya, air sungai pun meluap dan beberapa desa tergenang banjir hingga setinggi leher.
Sedangkan di wilayah perbukitan, tanah longsor melanda rumah-rumah warga serta jalan raya. Beberapa warga yang tinggal di wilayah rawan dilaporkan mengabaikan peringatan evakuasi yang dikeluarkan otoritas setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekitar 12 orang tewas akibat tanah longsor yang mengubur dua mobil van di jalanan dekat pegunungan di Catbalogan. "Tim penyelamat mendengar suara dari dalam reruntuhan," imbuhnya.
Badai tropis ini menerjang wilayah wisata dan area nelayan setempat, sehari setelah menerjang wilayah pegunungan yang ada di Pulau Mindanao. Ribuan orang telah dievakuasi beberapa saat sebelum badai menerjang.
Badai Seniang ini bergerak dengan kecepatan 65 kilometer per jam, jauh lebih lemah dari topan Hagupit, yang sebelumnya menerjang Filipina dengan kecepatan hingga 210 kilometer per jam.
"Kami fokus pada banjir dan tanah longsor, karena angin badai lemah, sehingga akan membawa hujan deras," tutur Kepala Departemen Pertahanan Sipil Nasional, Alexander Pama kepada radio DZMM.
Sementara itu, lima orang tewas akibat tanah longsor yang mengubur sebuah rumah di kota Tanauan, Provinsi Leyte. Sedangkan 8 orang lainnya, termasuk tiga anak-anak usia 8 tahun tewas tenggelam setelah banjir menghanyutkan rumah gubuk mereka di kota Ronda, Provinsi Cebu.
Kemudian dua remaja putra dilaporkan tewas akibat tersengat listrik di tengah banjir yang melanda wilayah Loon, Provinsi Bohol. Pada Senin (29/12), sedikitnya 3 orang tewas setelah topan Seniang menerjang wilayah selatan, lalu memicu banjir dan tanah longsor.
(nvc/ita)