Seperti yang dilansir Reuters, Selasa (16/12/2014), organisasi yang memayungi seluruh kelompok muslim di Australia menyebut penyanderaan itu sebagai peristiwa horor dan mengejutkan. Organisasi tersebut menyinggung bendera hitam dengan aksara Arab yang dipasang di atas ucapan Merry Christmas sebagai bentuk iman yang keliru, bukan politik.
"Kami mengingatkan semua orang bahwa tulisan Arab pada bendera hitam tidak mewakili pernyataan politik, namun menegaskan kesaksian iman yang telah disalahgunakan oleh orang-orang sesat yang mewakili siapapun kecuali diri mereka sendiri," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mengirimkan pesan kepada masyarakat untuk hati-hati di manapun mereka pergi, karena kita tidak ingin insiden apapun terjadi," kata Samier.
Berita penyanderaan itu juga membuat penduduk Australia, Mohamad Hasan khawatir meninggalkan isterinya di rumah saat ia bekerja. Hasan telah tinggal di Australia selama 20 tahun.
"Saya khawatir karena mungkin saya tidak terlihat seperti seorang muslim, tapi istri saya mengenakan jilbab. Jadi dia mungkin akan terpengaruh oleh hal ini," kata Hasan di dekat lokasi penyanderaan.
"Beberapa orang bodoh berpikir, 'ini (penyandera) adalah seorang muslim, kita harus membalas dendam ke semua orang yang tampak seperti seorang Muslim," ujar Hasan menambahkan.
Rupanya penduduk Australia sebagian besar menolak untuk menyebarkan perlakuan rasis. Mereka mengkampanyekannya melalui media sosial dengan hashtag #illridewithyou di Twitter. Hashtag itu pun menjadi trending topic, tidak hanya di Australia tapi juga di Amerika Serikat hingga Indonesia.
(vid/fiq)