Kelompok militan Taliban Pakistan mengecam aktivis pendidikan Malala Yousafzai atas hadiah Nobel Perdamaian yang diraihnya. Taliban menyebut gadis Pakistan itu meraih Nobel karena mengkampanyekan budaya Barat, bukan pendidikan.
Malala menjadi ikon global setelah ditembak oleh Taliban dan nyaris tewas pada Oktober 2012 lalu. Penembakan itu dipicu oleh kampanye gencarnya mengenai hak anak-anak perempuan untuk mendapatkan pendidikan.
Malala mendapatkan hadiah Nobel yang diserahkan dalam seremoni yang digelar di Oslo, Norwegia pada Rabu, 10 Desember lalu waktu setempat. Saat itu, gadis berumur 17 tahun itu bersumpah akan terus melanjutkan perjuangannya untuk hak setiap anak bersekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muhammad Umar Khorasani, juru bicara faksi utama dari kelompok Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) yang dipimpin Mullah Fazlullah, mencetuskan seperti dikutip AFP, Jumat (12/12/2014), Malala memenangkan hadiah Nobel karena "mengkampanyekan kultur Barat, bukan pendidikan".
Masyarakat Pakistan masih kerap memandang wanita sebagai warga kelas dua yang hanya pantas mengurusi rumah tangga. Namun Malala memuji ayahnya, Ziauddin, seorang guru, karena mendorongnya untuk mengejar impiannya.
Taliban pun mengkritik ayah Malala. "Ayah Malala, Ziauddin telah membuat kesepakatan dengan negara-negara Barat untuk menghancurkan budaya Pashtun dan Pakistan," cetus Khorasani. Malala berasal dari kelompok etnis Pashtun.
"Ayahnya menggunakan Malala sebagai prajurit melawan masyarakat Islam dan ajaran Islam," tandasnya.
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini