Dalam aksi di London barat pada 10 Desember waktu setempat, ratusan demonstran memblokade pusat perbelanjaan Westfield dengan berbaring di lantai mal. Demikian seperti diberitakan kantor berita AFP, Kamis (11/12/2014).
Beberapa bulan terakhir, aksi-aksi demo marak di AS setelah otoritas memutuskan untuk tidak menuntut dua polisi yang menewaskan dua pria berkulit hitam dalam dua kasus berbeda. Keputusan itu juga memancing reaksi di London karena mengingatkan pada penembakan warga kulit hitam, Mark Duggan (29) oleh polisi, yang kemudian memicu kerusuhan pada tahun 2011.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Demonstran juga membawa banner bertuliskan "Solidarity untuk Ferguson", yang mengacu ke kota di pinggiran di Missouri, AS, yang mengalami kerusuhan setelah penembakan Michael Brown (18) oleh polisi berkulit putih.
Kepolisian Inggris menyatakan, selama aksi protes tersebut, sekelompok demonstran di luar mal mencoba menerobos masuk, dengan menyerang petugas keamanan dan menimbulkan kerusakan properti.
Sebagai respons, polisi mengepung kerumunan orang di luar mal dan menangkap 76 orang atas tuduhan menimbulkan gangguan publik. Mereka yang ditangkap dibawa pergi dengan menggunakan bus-bus bertingkat.
"Kami akan selalu bekerja sama dengan mereka yang ingin berdemo secara damai, seperti kebanyakan demonstran," tutur kepala kepolisian Mark Bird. "Namun, kami tak mentolerir minoritas yang melakukan kekerasan ataupun aksi-aksi kriminal lain, seperti yang disaksikan di luar Westfield," tandasnya.
(ita/ita)