Program interogasi sadis CIA disusun oleh perusahaan yang dijalankan dua psikolog mantan anggota Angkatan Udara Amerika Serikat. CIA menggelontorkan dana hingga US$ 80 juta (Rp 987 miliar) kepada perusahaan tersebut untuk menyusun program interogasi pada era Presiden George W Bush.
Dalam laporan Senat AS, seperti dilansir Reuters, Rabu (10/12/2014), disebutkan perusahaan itu yang merekomendasikan metode interogasi dengan waterboarding, penamparan dan mock burial terhadap tahanan terorisme. Padahal perusahaan tersebut sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam interogasi maupun pemberantasan terorisme.
Dua psikolog itu disebut dalam laporan Senat AS dengan nama samaran 'Dunbar' dan 'Swigert'. Namun sumber intelijen AS yang dikutip Reuters, mengidentifikasinya sebagai James Mitchell dan Bruce Jessen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
CIA juga menggelontorkan dana sebesar US$ 1 juta kepada perusahaan tersebut, untuk melindunginya dan pegawainya dari kemungkinan gugatan hukum.
Laporan Senat AS mempertanyakan kualifikasi kedua psikolog tersebut dan menuding mereka melakukan pelanggaran kode etik profesional dalam menyusun dan merancang program interogasi sarat penyiksaan.
"Kedua psikolog tersebut tidak memiliki pengalaman apapun, baik sebagai interogator maupun juga tidak memiliki pengetahuan khusus soal Al-Qaeda, soal latar belakang pemberantasan terorisme, maupun pengalaman budaya atau linguistik yang relevan," demikian penggalan laporan Senat AS.
Contoh praktik interogasi sadis CIA disebut detail dalam laporan Senat. Salah satunya yang terjadi terhadap tahanan Abd al-Rahim al-Nashiri yang merupakan tersangka pengeboman kapal USS Cole di Aden tahun 2000 lalu.
Disebut bahwa di sebuah penjara rahasia pada awal tahun 2003 lalu, Nashiri berulang kali di-waterboarding (teknik interogasi yang mensimulasikan pengalaman tenggelam-red), lalu dipaksa berdiri dengan tangan di kepala selama berjam-jam sambil ditutup matanya saat diinterogasi. Tidak hanya itu, Nashiri juga diancam dengan bor listrik yang dinyalakan dan diarahkan ke kepalanya.
Parahnya, beberapa agen CIA yang terlibat interogasi ini akhirnya menyimpulkan bahwa Nashiri sama sekali tidak memiliki informasi penting soal rencana terorisme. Bahkan setelah itu, salah satu psikolog turun langsung dan mendesak Nashir agar menjalani metode keras lainnya demi membuatnya tak berdaya sehingga mau mengaku.
Ketua Komisi Intelijen Senat AS Dianne Feinstein menyebut, dua psikolog itu juga menilai kinerja mereka sendiri terkait program interogasi sadis CIA. Hal tersebut, lanjut Feinstein, jelas menjadi konflik kepentingan dan melanggar kode etik.
Mitchell dan Jessen memiliki pengalaman dalam program era Perang Dingin yang melatih tentara AS agar bisa bertahan menghadapi interogasi keras jika tertangkap musuh. Namun rupanya, dua psikolog ini merancang program interogasi dengan 'membalikkan' program militer bernama Survival Evasion Resistance Escape (SERE) yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
(nvc/ita)