Otoritas Amerika Serikat memperingatkan personel militernya untuk waspada terhadap militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Sebabnya, ada kemungkinan ISIS merencanakan serangan terhadap mereka di wilayah AS.
Hal itu disampaikan dalam buletin intelijen gabungan yang dikirimkan kepada badan penegak hukum AS oleh FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri seperti dilaporkan media setempat ABC News dan dilansir Reuters, Selasa (2/12/2014).
Intinya, buletin tersebut mengimbau seluruh anggota militer AS untuk menghapus akun media sosial mereka maupun hal lainnya di internet, yang kira-kira menarik perhatian ISIS, atau mengungkapkan identitas tentara-tentara AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"FBI baru-baru ini menerima laporan yang mengindikasikan individu di luar negeri tengah mencari dan menargetkan individu dengan satu pikiran yang bersedia dan mampu melakukan serangan terhadap anggota militer AS, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif, yang berbasis di AS," demikian isi buletin tersebut, menurut sumber Reuters.
Saat dikonfirmasi, juru bicara FBI membenarkan laporan ABC News tersebut, namun dia menolak untuk menunjukkan salinan memo peringatan kepada militer tersebut.
Sedangkan juru bicara Pentagon, Kolonel Steve Warren menyebutkan bahwa memo tersebut bertujuan memperkuat panduan bagi personel militer yang baru saja menyelesaikan tugasnya beberapa mingu lalu.
Baru-baru ini, diketahui bahwa Pentagon meminta staf dan pegawainya untuk lebih waspada dan memeriksa akun media sosial mereka. Instruksi ini dikeluarkan setelah dua tentara Kanada tewas dalam serangan teroris terpisah di dalam wilayah Kanada pada Oktober lalu.
"Departemen ini sudah sejak lama waspada dan memperhatikan potensi ekstremisme yang tumbuh di wilayah domestik dan kami terus mendorong dan menasihati seluruh personel kami untuk selalu waspada tingkat tinggi," ucap Warren.
Secara terpisah, sumber dari kalangan pemerintah AS menuturkan kepada Reuters, peringatan ini dikeluarkan sebagai respons atas maraknya ancaman terhadap militer AS via media sosial oleh terduga militan.
(nvc/ita)