Algojo ISIS Pemenggal Wartawan AS yang Beraksen Inggris Dikabarkan Terluka

Algojo ISIS Pemenggal Wartawan AS yang Beraksen Inggris Dikabarkan Terluka

- detikNews
Minggu, 16 Nov 2014 08:43 WIB
Foto: Pemenggalan James Foley 19 Agustus 2014 lalu (Reuters)
Jakarta - Algojo bertopeng Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang memenggal wartawan Amerika Serikat dan beberapa korban sandera lainnya dikabarkan terluka. Pria yang muncul dalam beberapa rekaman video pembantaian keji itu disebut terluka dalam serangan udara AS di Irak.

Menurut media Inggris The Mail seperti dilansir AFP, Minggu (16/11/2014), pemerintah Inggris mengklaim pihaknya telah menerima laporan bahwa algojo yang dikenal dengan sebutan 'Jihad John' itu terluka saat menghandiri pertemuan para pemimpin ISIS. Ia dilarikan ke Rumah Sakit ketika AS menyerang sebuah bunker di Al Qaim, Irak Barat, dekat perbatasan Suriah pada Sabtu (15/11) itu. Kabarnya 10 orang komandan ISIS tewas dan 40 lainnya terluka akibat serangan ini.

The Mail pun melaporkan bahwa serangan yang sama juga melukai pimpinan ISIS Abu Bakr al-Baghdadi dan memicu rumor bahwa ia telah terbunuh. Media ini juga mengklaim bahwa seorang perawat yang merawat beberapa orang yang terluka dalam serangan itu mengatakan bahwa ada pria bernama Jalman di daftar korban luka. Orang tersebut merujuk sebagai 'orang yang membantai' wartawan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari sumber yang didapat The Mail, algojo yang keluar dengan nama Nomme de guerre Jalman Al-Britani itu lalu dilarikan ke kubu Suriah ISIS. Namanya mencuat setelah ISIS beberapa kali merilis video pemenggalan sandera secara keji.

Jihad John yang tampil bertopeng dan melakukan pembantaian menjadi buah bibir karena nada bicaranya yang memiliki aksen Inggris. Ia menjadi tokoh terkemuka ISIS dan diyakini bertanggung jawab atas pembunuhan 2 wartawan AS James Foley dan Steven Sotloff, serta pekerja bantuan Inggris David Haines dan Allan Henning.

Intelejen Inggris memperkirakan ada sekitar 500 militan ISIS yang berasal dari Inggris dan berperang di Suriah dan Irak. Perdana Menteri David Cameron pun telah mengumumkan rencana untuk menghentikan mereka kembali ke Inggris selama 2 tahun.

(ear/ahy)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads