Otoritas Korea Utara (Korut) secara tak terduga membebaskan satu dari tiga warga Amerika Serikat yang mereka tahan selama ini. Kini, warga AS bernama Jeffrey Fowle tersebut telah diterbangkan pulang ke rumahnya.
Pembebasan Fowle merupakan momen langka dan tak terduga, karena selama ini Korut memicu tekanan dan kecaman internasional atas sejumlah pelanggaran HAM yang dilakukannya. Pembebasan ini disampaikan oleh otoritas AS, seperti dilansir Reuters, Rabu (22/10/2014).
Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest menuturkan, pemerintah AS menyambut baik pembebasan Fowle ini. Namun AS juga mendesak Korut untuk membebaskan dua warga AS lainnya yang masih ditahan di Korut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fowle (56) yang seorang pekerja perbaikan jalan asal Miamisburg, Ohio ini ditangkap pada Mei lalu. Dia ditangkap karena meninggalkan Alkitab di kelab pelaut yang ada di kota Chongjin, saat dia berwisata ke Korut. Negara terisolasi ini memang dikenal sensitif dengan hal-hal yang berkaitan dengan kemurtadan agama.
Sedangkan dua warga AS lainnya, yakni Miller ditangkap dalam insiden terpisah pada April lalu dan Bae ditangkap pada November 2012 lalu. Bae bahkan telah dihukum 15 tahun kerja paksa oleh pengadilan Korut.
Sementara itu, motif atau alasan pembebasan Fowle ini tidak diketahui pasti. Otoritas AS menolak untuk menjelaskan lebih lanjut soal negosiasi yang berujung pada pembebasan Fowle. AS juga menolak untuk berspekulasi soal alasan Korut membebaskan warganya.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Marie Harf hanya menuturkan, pembebasan Fowle ini difasilitasi oleh diplomat Swedia. Selama ini, Swedia yang memiliki kantor kedutaan di Pyongyang, memang bertindak sebagai 'pelindung' bagi AS yang sama sekali tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Korut.
(nvc/ita)











































