Tunangan pria Liberia yang meninggal akibat Ebola awal bulan ini di Dallas, Texas merupakan satu di antara nyaris 50 orang yang muncul tanpa gejala tertular Ebola setelah menjalani karantina selama tiga pekan. Wabah Ebola yang bersumber dari Afrika Barat, telah menewaskan lebih dari 4.500 orang sejak awal tahun ini.
Sekitar 100 orang lainnya, kebanyakan pekerja medis, tengah ditelusuri di Texas setelah melakukan kontak dengan pasien pertama yang terdiagnosa Ebola di AS pada akhir September. Meski begitu, otoritas AS yakin bahwa tak ada kasus penularan baru dalam beberapa hari terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka yang kini tak lagi dalam bahaya Ebola termasuk sekelompok pekerja medis dan anggota masyarakat, yang mungkin telah melakukan kontak dengan pria Liberia bernama Thomas Eric Duncan. Yakni antara 24 September ketika dia mulai menunjukkan gejala dan 28 September ketika dia diisolasi di sebuah rumah sakit Dallas.
"Ini tonggak krusial bagi kota Dallas dan bagi orang-orang terkait di seluruh Amerika Serikat," ujar Mark Rupp, ahli penyakit menular di Nebraska Medical Center, yang telah merawat dua pasien AS setelah mereka terinfeksi di Liberia tahun ini.
"Saya harap ini menumbuhkan pesan bahwa publik aman dan bahwa Ebola tidak begitu menular pada tahap awal," imbuhnya.
Sementara itu, rumah sakit Dallas yang awalnya memulangkan Duncan saat dia datang karena demam, pada Mingggu, 19 Oktober telah meminta maaf atas penanganan kasus Ebola ini.
"Sebagai institusi, kami melakukan kesalahan dalam menangani tantangan yang sangat sulit ini," tutur CEO Kesehatan Texas Barclay Berdan dalam statemennya.
Menurut Jesse Goodman, dokter dan pakar kesehatan publik di Georgetown University, AS telah belajar dari respons buruk di awal-awal munculnya kasus Ebola.
"Saya pikir peristiwa-peristiwa itu menunjukkan bagaimana pentingnya untuk terlalu berhati-hati daripada terlalu yakin," cetus Goodman.
(ita/ita)











































