Gedung Putih menolak kritikan dari mantan Menteri Pertahanan AS Leon Panetta soal Presiden Barack Obama. Panetta menyebut Obama terlalu segan untuk melawan musuh dan kurang memiliki kemauan untuk memimpin.
Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest dengan tajam mempertanyakan etika mantan pejabat senior AS tersebut dalam membeberkan hubungannya dengan presiden semasa dia masih menjabat. Demikian seperti dilansir AFP, Selasa (7/10/2014).
Dalam pernyataannya, Earnest menyebut Obama telah menunjukkan kemampuan memimpinnya dalam menangani krisis Ebola dan persoalan militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kepemimpinan yang ditunjukkan presiden selama beberapa minggu terakhir, seluruhnya konsisten dengan kepemimpinan yang ditunjukkan presiden selama 6 tahun terakhir," sebut Earnest.
Earnest mengisyaratkan kekecewaan Gedung Putih terhadap berbagai kritikan yang menyerang keputusan Presiden Obama dalam buku yang diterbitkan oleh Panetta, pekan ini. Kemudian juga oleh mantan Menteri Pertahanan Robert Gates dan mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, yang juga membeberkan rahasia pemerintahan.
"Siapapun dalam setiap pemerintahan yang telah menjabat posisi penting seperti itu, perlu membuat keputusan soal bagaimana dan kapan dan apakah mereka akan berbicara soal pengalaman mereka membantu presiden AS," imbuhnya.
Pernyataan Gedung Putih ini terkait dengan laporan media setempat, USA Today yang mengulas buku Panetta. Pada bab terakhir dituliskan bahwa kelemahan presiden yang paling menonjol adalah keengganannya untuk melawan langsung musuh-musuhnya dan menggalang dukungan untuk hal tersebut.
"Terlalu sering bergantung pada logika profesor hukum daripadan semangat seorang pemimpin," tulis Panetta dalam bukunya yang berjudul "Worthy Fights: A Memoir of Leadership in War and Peace".
"Menghindari pertempuran, keluhan dan melewatkan kesempatan yang ada," imbuhnya.
USA Today juga mengulas pujian Panetta untuk kemampuan intelijen dan pengambilan kesimpulan Obama. Namun tetap saja, kritikan terhadap Obama lebih menarik perhatian publik.
(nvc/ita)