Letusan Gunung Ontake di Jepang yang terjadi tiba-tiba disebut sebagai fenomena langka. Ini menyebabkan sulitnya untuk mengambil langkah pencegahan sebelumnya.
Setelah 35 tahun tanpa adanya letusan besar, gunung api setinggi 3.067 meter yang terletak di Nagoya tersebut 'bangun' pada Sabtu (27/9) dan memuntahkan abu vulkanik, bebatuan dan awan panas yang mematikan.
Parahnya, gunung tersebut sangat terkenal di kalangan pendaki. Sejauh ini, dilaporkan sedikitnya 4 orang dipastikan tewas, sedangkan 27 orang lainnya dikhawatirkan telah tewas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara umum, ketika sebuah gunung api menjadi aktif, tentu setelah 30 atau 40 tahun masa tidur yang tergolong singkat, biasanya kami memperkirakan adanya 24 jam hingga 72 jam peringatan, magma bergerak, pergerakan mikro-seismik tercatat.. terdapat perubahan suhu," jelasnya.
Biasanya, ada cukup waktu untuk memberikan peringatan bagi warga setempat agar mengungsi atau memberlakukan larangan bagi kawasan wisata di sekitar lokasi.
Namun dalam kasus Gunung Ontake ini, letusan terjadi hanya dalam beberapa menit sehingga tidak sempat dilakukan langkah pencegahan. Situasi semakin buruk karena letusan terjadi pada akhir pekan, saat banyak orang mengunjungi gunung tersebut.
"Kombinasi dari sejumlah faktor berujung pada malapetaka ini. Magma tidak menemukan celah yang memungkinkannya untuk keluar dalam satu kali letusan. Ini sangat jarang," sebutnya.
Terdapat satu lagi jenis erupsi yang ditakuti, yakni erupsi hidrovulkanik atau phreatomagmatic. Jenis erupsi ini tergolong sangat berbahaya karena cepatnya letusan yang terjadi, tanpa adanya tanda-tanda mengenai apa yang akan terjadi.
"Seringkali terjadi jika terdapat kantong air di dalam gunung api. Ketika magma naik dan gelombang panas muncul, air bisa menguap dengan cepat, menciptakan tekanan tinggi seperti di dalam panci tekan. Jika tekanannya lebih besar daripada resistansi bumi di atasnya, seluruh bebatuan akan hancur menjadi serpihan yang dikenal sebagai bom abu," jelas Bardintzeff.
Dalam kondisi ini, tanpa adanya perlengkapan yang canggih maka tidak ada yang bisa dilakukan oleh manusia. Namun untuk kasus Gunung Ontake ini, menurut Bardintzeff, belum ada kesimpulan yang diambil.
"Jepang merupakan daratan dari gunung api, dengan sistem geodinamis yang rumit. Terpadat banyak gunung yang menunggu giliran untuk meletus. Yang luar biasa ialah fakta bahwa letusan itu terjadi sangat tiba-tiba," tandasnya.
(nvc/ita)