Dilansir dari Reuters, Jumat (26/7/2013), Prancis menyerang ISIS di Irak pada Kamis (25/9) bersamaan dengan serbuan Amerika Serikat ke Suriah. Pemasungan Herve Gourdel oleh militan pendukung ISIS, Jund al-Khilifa, disebut sebagai hukuman karena keputusan Prancis untuk menjadi negara Eropa pertama yang bergabung dengan kampanye pengeboman yang dipimpin oleh AS.
Perdana Menteri Irak Haidar al-Abadi di New York dalam acara PBB mengatakan, Kamis (25/9), ia memiliki intelijen yang kredibel bahwa jaringan ISIS di Irak merencanakan untuk menyerang AS dan kereta metro Prancis. Meski begitu pejabat senior AS mengatakan tak memiliki bukti ancaman spesifik seperti yang dikatakan Abadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak Prancis sendiri juga sudah menyatakan akan meningkatkan keamanan transportasi dan tempat umum setelah pembantaian terhadap Herve Gourdel yang videonya disebar melalui youtube. Inggris pun akhirnya mengumumkan di hari yang sama, Kamis (26/9), akan bergabung untuk melakukan serangan udara kepada ISIS di Irak. PM Inggris David Cameron berharap agar parlemen memberikan persetujannya hari ini.
Serangan udara AS di Suriah Timur menewaskan 14 pejuang ISIS, menurut kelompok pemantau. Sementara di darat, pasukan Kurdi dilaporkan telah mendorong mundur militan Islam menuju kota perbatasan Kobani.
(ear/fjp)