Lewat referendum bersejarah, mayoritas warga Skotlandia memilih untuk tetap berada di bawah kedaulatan Inggris Raya. Hasil ini menimbulkan kekecewaan warga Skotlandia yang menginginkan kemerdekaan dari Inggris Raya.
Bahkan sejumlah warga pro-kemerdekaan yang berkumpul di jalan-jalan di kota Edinburgh, tak bisa menahan air mata mereka. Seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (19/9/2014), di pusat kota dekat Edinburgh Castle, para aktivis kemerdekaan yang mengenakan rok tartan, terlihat menangis.
"Perasaan saya hancur, cukup hancur," cetus Charlotte Darroch, remaja berumur 16 tahun yang semula yakin bahwa mayoritas warga Skotlandia akan mendukung kemerdekaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemuda lainnya bernama Danny Trench mengaku sedikit kesal atas hasil referendum ini. "Tapi semuanya akan seperti sedia kala, jadi hidup saya tak akan berubah," ujarnya.
Sesuai hasil resmi penghitungan suara usai referendum yang digelar Kamis (18/9), sebanyak 55,3 persen pemilih menolak kemerdekaan. Sementara pemilih yang mendukung kemerdekaan sebanyak 44,7 persen atau berjumlah lebih dari 1,6 juta orang.
Dalam referendum ini, pemungutan suara digelar di lebih dari 5.500 tempat pemungutan suara yang tersebar di semua distrik Skotlandia. Tercatat lebih dari 4,2 juta orang yang terdaftar dalam referendum ini. Mereka semua harus menjawab "ya" atau "tidak" untuk pertanyaan: "Apakah Skotlandia harus menjadi negara merdeka?"
(ita/ita)