ISIS Eksekusi Relawan Inggris, PM David Cameron Marah Besar

ISIS Eksekusi Relawan Inggris, PM David Cameron Marah Besar

- detikNews
Minggu, 14 Sep 2014 06:47 WIB
ISIS Eksekusi Relawan Inggris, PM David Cameron Marah Besar
video eksekusi tawanan ISIS/ CNN
Jakarta -

ISIS telah mengunggah video eksekusi seorang relawan asal Inggris, Davis Haines. Perdana Menteri Inggris, David Cameron marah besar atas aksi tak manusiawi itu.

Dilansir CNN, Minggu (14/9/2014), David Cameron mengungkapkan kemarahannya melalui akun twitter miliknya. Cameron menyebut aksi eksekusi yang dilakukan militan ISIS itu murni tindakan kejahatan.

"Kami akan melakukan segalanya dalam kekuasaan kami untuk memburu pembunuh ini dan memastikan mereka menghadapi pengadilan, tak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan," kata Cameron.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang veteran Angkatan Udata dan analis militer CNN, Letnal Kolonel Rick Francona menduga bahwa ISIS merencanakan untuk menghalangi Inggris bekerja sama dengan Amerika untuk membasmi ISIS.

"Tindakan ISIS memastikan kerjasama Inggris dengan Amerika pada semua tahapan akan dilakukan," kata Francona.

"Saya rasa saat ini merupakan pertarungan barat, itu bukan hanya pertarungan Amerika," imbuhnya.

Seorang relawan asal Inggris, David Haines telah dieksekusi oleh militan ISIS. Video eksekusi David diunggah ke situs web terkait ISIS pada Sabtu (13/9/2014).

Haines menjadi tawanan ketiga yang telah dieksekusi militan ISIS. Sebelumnya, ISIS telah mengeksekusi dua wartawan asal Amerika.

Dalam video eksekusi Haines, sang pengunggah menuliskan 'Sebuah Pesan untuk Sekutu Amerika'.

Dalam video terbaru yang diunggah, nampak seorang militan ISIS mengenakan topeng dan baju serba hitam. Di samping kanannya, orang yang teridentifikasi sebagai David Haines duduk setengah berdiri.

Video ini sangat mirip dengan video yang menunjukkan eksekusi wartawan Amerika James Foley dan Steven Sotloff. Usai membunuh kedua wartawan itu, ISIS memang mengancam akan mengeksekusi satu tawanan lagi.

Haines bekerja untuk sebuah lembaga yang berbasis di Paris yang bergerak dalam bidang teknis dan pembangunan, sebuah lembaga kemanusiaan non pemerintah. Haines yang berumur 44 tahun bekerja di bagian logistik dan manajer keamanan. Dia diculik di dekat sebuah kamp pengungsian di Atmeh, Suriah.

Haines bekerja untuk mengatur pengiriman bantuan kemanusiaan kepada orang-orang yang tinggal di kamp. Dia sebelumnya bekerja pada operasi bantuan bagi korban konflik Balkan, Afrika dan bagian lain di Timur Tengah.

(kha/kha)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads