AS Siap Serang ISIS di Suriah Jika Warganya Terancam

Washington - Amerika Serikat menyatakan siap untuk melakukan aksi terhadap setiap ancaman apapun yang muncul terhadap pihaknya. Hal ini mengindikasikan pertimbangan serius untuk serangan militer terhadap militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Suriah.

Pentagon atau Departemen Pertahanan AS memperingatkan seberapa bahayanya ISIS dan menyebut bahwa operasi militer terhadap ISIS yang ada di Suriah mungkin diperlukan. Serangan udara AS terhadap ISIS di Irak selama beberapa minggu terakhir berhasil memperlambat pergerakan militan ISIS di negara tersebut.

Seperti dilansir AFP, Sabtu (23/8/2014), Gedung Putih menyatakan, serangan udara mungkin juga dibutuhkan di Suriah. Sedangkan wakil penasihat keamanan nasional Ben Rhodes sepakat bahwa strategi apapun yang diterapkan untuk ISIS harus melibatkan kedua wilayah, yakni Irak dan Suriah.

"Jika kami melihat ada yang berkomplot melawan Amerika, kami melihat ancaman bagi AS berasal dari mana saja, kami siap mengambil tindakan tegas terhadap ancaman tersebut," tegas Rhodes.

"Kami telah memberikan waktu yang sangat jelas dan sekali lagi, jika Anda memburu warga Amerika, kami akan mendatangi Anda di manapun Anda berada, dan itulah yang akan memandu perencanaan kami di masa mendatang," imbuhnya.

Secara terpisah, seorang pejabat militer AS menuturkan kepada Wall Street Journal bahwa serangan AS nantinya akan menargetkan sasaran bernilai tinggi, seperti pemimpin ISIS dan jajarannya. Serangan AS bisa saja berlangsung selama 1 jam atau bisa hingga seminggu.

"Jika didasarkan pada kamp pelatihan, kami bisa melakukannya sesegera mungkin," sebut pejabat yang enggan disebut namanya tersebut.

Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama memberikan izin bagi serangan udara AS di wilayah Irak, dengan tujuan untuk membantu pasukan Kurdi dan tentara Irak yang bertempur melawan ISIS di negara tersebut. Jika memang nantinya AS juga akan melancarkan serangan udara terhadap ISIS di Suriah, maka ini berarti AS secara tidak langsung mengubah pendekatannya yang serba hati-hati terhadap perang sipil yang sedang dan terus berlangsung di Suriah.

Diduga sikap keras AS ini terkait pembunuhan wartawan AS James Foley yang dipenggal oleh militan ISIS. Foley yang seorang jurnalis foto ini dilaporkan menghilang saat bertugas di Suriah pada November 2012 lalu. Terungkap juga bahwa ISIS pernah meminta uang tebusan US$ 132 juta kepada pemerintah AS untuk pembebasan Foley, namun ditolak oleh AS.

(nvc/gah)