Amerika Serikat tidak memiliki rencana untuk memperluas operasi udaranya di Irak. Tujuan utama AS hanyalah melindungi personel AS yang ada di kota Arbil dan melindungi para pengungsi Yazidi.
"Tidak ada rencana untuk memperluas operasi udara, hingga di luar aktivitas pertahanan diri yang sekarang dilakukan," terang Letnan Jenderal William Mayville kepada wartawan di Pentagon, seperti dilansir AFP, Selasa (12/8/2014).
Pekan lalu, pesawat tempur AS melancarkan serangan udara di Irak untuk memberantas militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang mengancam akan membunuh etnis minoritas Yazidi dan menyerang kota Arbil, yang ada di bagian utara negara tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, pesawat AS juga bergabung dengan militer Irak dalam upaya penyaluran bantuan via udara, bagi ribuan etnis Yazidi yang terjebak di Gunung Sinjar karena menghindari serangan militan ISIS.
Serangan udara AS pada Senin (11/8), mengenai kendaraan baja milik ISIS, tiga truk dan sebuah kendaraan Humvee buatan AS yang diduga kuat dicuri ISIS dari militer Irak.
Serangan ini merupakan keterlibatan militer AS yang pertama di Irak pasca perang Irak beberapa tahun lalu. Muncul kekhawatiran, peristiwa masa lalu akan terulang. Namun Mayville menegaskan, AS sama sekali tidak punya niat tersebut.
"Prinsip pokok tugas kami, dan apa yang kami lakukan sekarang adalah melindungi fasilitas AS dan warga negara -- warga AS -- yang ada di fasilitas tersebut," tegasnya.
Mayville menambahkan, juga menjadi misi AS di Irak untuk melindungi pesawat AS yang menjalankan tugas kemanusiaan di Gunung Sinjar dan menargetkan posisi ISIS yang mengepung wilayah tersebut.
(nvc/ita)