Bukti-bukti yang berhasil dikumpulkan sejauh ini menunjukkan bahwa separatis pro-Rusia yang telah menembakkan rudal darat ke udara jenis SA-11 ke arah pesawat sipil jenis Boeing 777-200 yang pada 17 Juli lalu tengah terbang melintasi wilayah Ukraina bagian timur.
Seorang pejabat intelijen senior AS yang enggan disebut namanya, seperti dilansir AFP, Rabu (23/7/2014), menyatakan bahwa pelaku dan alasan penembakan tersebut masih belum jelas. Namun intelijen AS merujuk pada satu kesimpulan yang paling mungkin dalam tragedi ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, pejabat AS ini mengutip insiden serupa yang terjadi bertahun-tahun lalu. Menurutnya, baik militer AS maupun Rusia sama-sama pernah salah sasaran dan berdampak pada penembakan pesawat sipil. Pada tahun 1983 lalu, sebuah pesawat maskapai Korea ditembak jatuh jet tempur Soviet, sedangkan pada tahun 1988, angkatan laut AS salah sasaran menembak jatuh pesawat sipil Iran.
"Kita semua membuat kesalahan di masa lalu," ucapnya.
Pejabat AS menyatakan, data satelit dan informasi teknis intelijen lainnya memastikan bahwa 298 orang yang ada di dalam pesawat MH17 ditembak jatuh oleh rudal darat ke udara SA-11 dari sebuah area yang dikendalikan oleh separatis pro-Rusia.
"Ini merupakan kasus yang solid bahwa rudal SA-11 ditembakkan dari wilayah Ukraina timur di bawah kondisi yang juga didukung oleh Rusia. Namun ada dua hal yang kami tidak tahu... siapa yang sebenarnya meluncurkan rudal tersebut. Kami tidak memiliki nama, pangkat atau kewarganegaraannya," tuturnya.
"Dan kami juga tidak tahu kenapa," imbuh pejabat AS ini.
Menurut pejabat AS ini, pelaku yang meluncurkan rudal SA-11 hanya didasarkan pada radar tunggal yang merupakan bagian dari sistem rudal tersebut, dan bukannya jaringan radar lebih besar yang bisa menampilkan lebih banyak gambaran lengkap lalu lintas udara saat itu.
(nvc/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini