Prancis Kecam Keras Aksi Pengrusakan Tempat Usaha Yahudi

Prancis Kecam Keras Aksi Pengrusakan Tempat Usaha Yahudi

- detikNews
Senin, 21 Jul 2014 15:46 WIB
Prancis Kecam Keras Aksi Pengrusakan Tempat Usaha Yahudi
kota Rafah usai serangan Israel (Reuters)
Paris, - Aksi protes warga atas operasi militer Israel di Gaza berubah menjadi kerusuhan di pinggiran Paris, Prancis. Sekelompok warga pro-Palestina melakukan aksi pengrusakan terhadap beberapa tempat bisnis milik warga Yahudi setempat. Menteri Dalam Negeri Prancis Bernard Cazeneuve pun mengecam keras aksi tersebut.

Pada Minggu, 20 Juli waktu setempat, aksi demo anti-Israel kembali terjadi di Sarcelles, pinggiran Paris. Namun aksi itu berubah rusuh dengan terjadinya aksi penjarahan toko-toko. Polisi antihuru-hara pun terpaksa melepaskan gas air mata dan peluru karet ke arah massa.

Akhir pekan lalu, massa demonstran bahkan mencoba menyerbu dua sinagog di Paris.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketika Anda mengarah menuju ke sinagog, ketika Anda membakar sebuah toko karena itu milik warga Yahudi, Anda berarti sedang melakukan aksi anti-Semit," cetus Cazeneuve kepada para wartawan seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (21/7/2014).

Ditegaskan Cazeneuve, tak bisa ditolerir jika sinagog dan toko-toko menjadi target hanya karena mereka dikelola oleh Yahudi," tandasnya. "Tak ada hal yang bisa membenarkan kekerasan seperti itu," imbuhnya.

Kota Sarcelles kerap dijuluki sebagai "Yerusalem kecil" karena memiliki komunitas Yahudi yang besar. Di kota itu, aksi demo berubah menjadi rusuh ketika puluhan pemuda -- sebagian bertopeng -- membakar sampah, menyalakan petasan dan bom asap. Sebanyak 18 demonstran ditangkap aksi penjarahan di toko-toko yang dirusak massa. Dalam aksinya, warga yang marah meneriakkan "Israel Bajingan!"

"Kami belum pernah melihat luapan kebencian dan kekerasan seperti ini di Sarcelles," tutur Walilkota Sarcelles, Francois Pupponi. "Pagi tadi orang-orang terkejut, dan komunitas Yahudi ketakutan," imbuhnya.

Operasi militer Israel di wilayah Gaza telah berlangsung sejak 8 Juli lalu. Operasi yang diberi nama "Operation Protective Edge" ini diklaim Israel untuk menghentikan serangan-serangan roket militan Gaza. Lebih dari 500 warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak telah tewas selama operasi Israel tersebut.

Menurut militer Israel, terhitung sejak 8 Juli, para militan Palestina telah menembakkan setidaknya 1.414 roket dan mortir ke wilayah Israel. Sementara sebanyak 377 roket berhasil dijatuhkan dengan sistem antirudal canggih milik Israel, Iron Dome.

Pada Minggu, 20 Juli waktu setempat, militer Israel menyatakan, 13 tentaranya tewas di Gaza di hari ketiga berlangsungnya serangan darat. Dengan demikian, sejauh ini sudah 18 tentara Israel yang tewas dalam konflik dengan Hamas tersebut. Kemudian dua warga sipil Israel tewas akibat serangan roket dari Gaza.



(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads