Perdana Menteri Selandia Baru John Key mengumumkan sendiri kabar kematian seorang warganya tersebut. Menurut PM Key, pria Selandia Baru tersebut diketahui sering menyebut dirinya sebagai 'Muslim bin John' dan diketahui pernah mengikuti pelatihan teroris di Yaman.
"Saya diberitahu bahwa kemungkinan besar dia tewas pada akhir tahun 2013, namun dibutuhkan banyak waktu untuk memastikannya lewat DNA," jelas PM Key kepada wartawan setempat, seperti dilansir AFP, Rabu (16/4/2014).
Surat kabar Australia melaporkan bahwa dua pria, yang satu berkewarganegaraan ganda Selandia Baru-Australia dan satunya lagi berkewarganegaraan Australia tewas akibat serangan pesawat tak berawak AS, Predator yang tengah memburu konvoi mobil yang diyakini membawa anggota Al-Qaeda di Yaman, tahun lalu.
Kedua pria tersebut diyakini sama-sama berusia 20-an tahun. PM Key sendiri memastikan bahwa kematian kedua pria tersebut akibat serangan pesawat tak berawak dan dia menegaskan, Selandia Baru tak mengetahui apapun soal operasi AS di Yaman.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri Australia mengkonfirmasi tewasnya seorang warganya di Yaman. Namun otoritas Australia menekankan, pihaknya tidak mengetahui sama sekali soal operasi yang menewaskan warganya tersebut.
"Kami mengetahui bahwa pria-pria tersebut tewas dalam operasi anti-terorisme dan kami tidak bermaksud untuk membahasnya lebih lanjut," tutur juru bicara Departemen Luar Negeri Australia.
Kepolisian dan pihak konsuler di Australia dan Selandia Baru kini tengah berusaha menghubungi kerabat dan keluarga kedua pria tersebut.
Surat kabar Australia mengutip seorang sumber yang enggan disebut namanya, melaporkan bahwa kedua pria tersebut merupakan 'foot soldiers' bagi jaringan Al-Qaeda di Yaman atau yang juga disebut Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP). Diduga keduanya mungkin pernah terlibat aksi penculikan warga asing demi mendapat tebusan.
(nvc/ita)