Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki Moon menyerukan pengiriman segera tentara tambahan ke Republik Afrika Tengah yang tengah dilanda konflik sektarian mematikan. Ban menyebut sedikitnya 3 ribu tentara harus dikerahkan untuk mengembalikan ketertiban dan melindungi warga sipil di negara tersebut.
Dalam beberapa minggu terakhir, kekerasan sektarian antara warga muslim dan warga penganut Kristen di negara tersebut telah merenggut ratusan nyawa dan memaksa ratusan ribu warga lainnya mengungsi. Aksi keji seperti mutilasi dan pemerkosaan terus meluas seiring maraknya aksi pembersihan etnis muslim.
Seperti dilansir AFP, Jumat (21/2/2014), Ban mengusulkan agar pasukan tambahan tersebut dikirimkan ke Afrika Tengah dalam beberapa hari atau beberapa minggu ke depan. Dia juga mencetuskan agar tentara-tentara tersebut dilengkapi dengan mobilitas udara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya itu, Ban juga mengusulkan agar seluruh tentara internasional yang kini ada di wilayah Republik Afrika Tengah untuk dikoordinasikan menjadi satu, dengan misi utama melindungi warga sipil dan memastikan tersalurkannya bantuan kemanusiaan.
Ban pun menyarankan bantuan logisitik dan keuangan sebesar US$ 38 juta selama 6 bulan misi African Union. Kemudian juga memberikan bantuan keuangan bagi pemerintah Republik Afrika Tengah agar bisa memulihkan layanan publik yang penting, seperti keberadaan polisi dan juga pengadilan.
Dia menyerukan agar negara-negara pemberi bantuan meningkatkan kedermawanannya untuk Republik Afrika Tengah. Sekjen Ban menekankan bahwa sejauh ini PBB baru mampu mengumpulkan 15 persen dari total bantuan sebesar US$ 551 juta yang diajukan pada tahun 2014 ini.
Menurut organisasi HAM, Amnesty International, aksi pembersihan etnis muslim yang tengah berlangsung di Afrika Tengah setidaknya telah menewaskan 200 orang. Mereka yang merupakan warga muslim tersebut dibunuh kelompok-kelompok milisi Kristen yang dikenal dengan sebutan anti-balaka, yang dibentuk menyusul kudeta Maret 2013 oleh pemberontak Seleka yang mayoritas muslim.
Menurut Amnesty, serangan-serangan terhadap warga muslim itu dilakukan dengan tujuan untuk memaksa mereka pergi dari negeri itu. Banyak pejuang anti-balaka memandang muslim sebagai "warga asing" yang harus meninggalkan negeri itu.
Republik Afrika Tengah jatuh ke dalam kekacauan sejak Maret 2013 lalu setelah pemberontakan berhasil menggulingkan pemerintah, yang memicu kekerasan mematikan tiada berkesudahan di negeri itu.
(nvc/ita)