Kisah pria dari Meksiko yang tersesat dan terombang-ambing di lautan selama 13 bulan diragukan sejumlah pihak. Ada yang menyebut kisah Jose Salvador Alvarenga tersebut seperti layaknya kisah karangan ala Hollywood dan bukan kenyataan yang sebenarnya terjadi.
Tersesat sendirian di lautan selama lebih dari setahun dengan makan penyu, burung dan ikan mentah yang dia tangkap dengan tangannya untuk bertahan hidup. Dia tidak memiliki peralatan memancing atau peralatan lain untuk mencari makanan.
Selama hanyut sejauh 10.460 kilometer di lautan, Alvarenga menuturkan dirinya menangkap hiu kecil dengan menjulurkan sebelah tangannya ke dalam air sebagi umpan. Ketika ada hiu yang mendekat, dia akan dengan segera memegang ekornya dan menariknya ke dalam kapalnya yang berukuran 7,3 meter.
Kisah tersebut terdengar terlalu hebat untuk menjadi kenyataan. Sejumlah pihak tidak begitu saja mempercayai cerita Alvarenga yang hanya bisa berbicara bahasa Spanyol ini. Salah satunya Sekretaris Kementerian Luar Negeri Marshall Islands, Gee Bing yang telah bertemu Alvarenga pada Senin (3/2) kemarin. Gee Bing menilai, penampilan fisik Alvarenga untuk ukuran orang yang tersesat dalam waktu lama tergolong cukup subur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keraguan yang sama juga dirasakan oleh Duta Besar AS untuk Marshall Islands Thomas Armbruster. Armbrsuter bertugas sebagai penerjemah bagi otoritas Marshall Islands sehingga dia banyak berinteraksi dengan Alvarenga untuk mendengar kisahnya.
"Dia (Alvarenga) bilang dia seorang nelayan yang bertugas mencari udang dan hiu. Dia memang terlihat lebih baik dari yang dibayangkan orang-orang (bagi seorang yang tersesat di laut)," ujarnya.
Hasil pemeriksaan kesehatan terhadap Alvarenga juga dinyatakan baik. Hanya tekanan darahnya yang tercatat terlalu rendah.
Di tengah keraguan tersebut, ada sejumlah pihak yang berusaha menganalisis kebenaran kisah Alvarenga. Seorang pembuat film yang tinggal di Majuro, Marshall Islands, Jack Niedenthal menilai bahwa kisah Alvarenga benar-benar nyata.
"Dia memiliki kesulitan berjalan, kakinya sangat kurus. Saya tidak yakin untuk menyebut ini tipuan, saya pikir pria ini benar-benar mengalami masa sulit di lautan," tuturnya kepada Reuters.
Erik van Sebille yang merupakan ahli sirkulasi gelombang lautan dari Universitas New South of Wales berusaha menganalisis kisah tersebut dengan teori 'garbage patch'. Dengan melacak pergerakan sampah seperti plastik atau kotoran lainnya, bisa menjadi pedoman bagi lokasi terdamparnya kapal yang ditumpangi Alvarenga dari Meksiko hingga ke Marshall Islands.
"Saya pikir kisahnya benar adanya. Mungkin dibutuhkan waktu sekitar 1-2 tahun kira-kira (untuk terhanyut di Pasifik)," jelas Dr van Sebille.
Menurut Sebille, Alvarenga tergolong beruntung karena terdampar di Marshall Islands. Karena jika tidak, kapalnya akan terbawa arus garbage patch yang ada di Pasifik bagian utara, di antara Hawaii dan California.
"Kapalnya akan berakhir mengapung di sana untuk ratusan tahun ke depan," sebutnya. Garbage patch yang ada di wilayah tersebut sudah berukuran sebesar wilayah Australia Barat dan terus bertambah setiap tahun, tergantung arah gelombang laut yang membawa sampah laut ke wilayah tersebut.
(nvc/ita)