Dalam insiden yang terjadi pada Minggu, 12 Januari waktu setempat itu, polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan para demonstran Palestina. Massa demonstran memprotes aksi mogok sebuah badan PBB yang telah melumpuhkan sejumlah layanan di kamp-kamp pengungsi Palestina.
Menurut juru bicara kepolisian Otoritas Palestina seperti dilansir Press TV, Senin (13/1/2014), lebih dari 40 polisi terluka dalam bentrokan tersebut. Sementara organisasi Jelazoun Popular Committee mengatakan, lebih dari 70 demonstran juga mengalami luka-luka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pekerja UNRWA telah melakukan mogok kerja selama sebulan terakhir. Akibat aksi mereka, sejumlah sekolah diliburkan dan aktivitas pengumpulan sampah dari kamp-kamp pengungsian pun terhenti.
"Sampah di sini menumpuk begitu tingginya sampai-sampai kami tak bisa tidur di malam hari karena baunya," cetus seorang warga kamp pengungsi, Mahdi Ahmed.
"Mogok UNRWA telah belangsung 35 hari, dan kini tak ada klinik-klinik, tak ada pekerjaan, tak ada pendidikan. Apa lagi harapan untuk generasi ini? Kami sedang dicekik pelan-pelan," imbuhnya.
Aksi mogok yang dilakukan para pekerja UNRWA terkait dengan tuntutan kenaikan upah. Aksi ini telah berlangsung sejak Desember 2013. UNRWA memiliki lebih dari 5 ribu pekerja yang tersebar di 19 kamp-kamp pengungsi yang berada di wilayah Tepi Barat.
(ita/ita)