Hawa ketegangan semakin terasa setelah Duta Besar China untuk Inggris menjuluki militer Jepang sebagai 'Lord Voldemort' yang merupakan tokoh jahat dalam film Harry Potter. Julukan tersebut tercipta akibat keruwetan jalan diplomatik antara Beijing dan Tokyo.
"Dalam kisah Harry Potter, penyihir gelap Voldemort tewas karena ketujuh Hocrux yang mengandung bagian dari jiwanya dihancurkan," tutur Duta Besar China untuk Inggris, Liu Xiaoming seperti dikutip detikcom dari AFP, Kamis (2/1/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yasukuni sendiri memiliki arti "Mendamaikan Negara". Kuil ini dibangun oleh Kaisar Meiji untuk mengenang tentara yang tewas dalam Perang Boshin semasa Restorasi Meiji. Sekedar informasi, Perang Boshin merupakan perang saudara di Jepang antara Keshogunan Tokugawa dan faksi yang ingin mengembalikan kekuasaan politik ke tangan kekaisaran dengan keterlibatan pihak Barat, seperti Inggris dan Perancis.
Di samping itu, kuil ini juga didirikan untuk mengenang orang-orang yang bertarung melawan Kekaisaran Jepang dan prajurit-prajurit lainnya yang tewas dalam peperangan. Termasuk di dalamnya, prajurit yang mewakili kekuatan militer asing seperti Inggris, China, AS, Korea, dan Asia Tenggara.
Tak ayal, kunjungan Abe memicu ketegangan antara kedua negara. Ia menjadi kepala pemerintahan Jepang pertama sejak 2006 yang memberikan penghormatan terakhir korban perang di Yasukuni.
"Tujuan kunjungan ke kuil ini adalah untuk memberi penghormatan kepada orang-orang yang menderita dalam perang," ungkap Abe. Sementara, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Qin Gang mengatakan bahwa Abe "tidak diterima" oleh orang China.
Menurut informasi dari China Daily, Menteri Luar Negeri China Wang Yi telah menghubungi beberapa rekannya di AS, Korea Selatan, Vietnam, Jerman, dan Rusia untuk menyampaikan "alarm"-nya. Liu juga mengungkapkan kengeriaannya mengingat korban Perang Dunia Kedua di Inggris yang 'habis' disiksa oleh tentara Jepang.
"China dan Inggris adalah sekutu perang. Pasukan kami kala itu berjuang bahu-membahu melawan agresor Jepang," lanjutnya. Ia menganggap jika kedua negara itu harus memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengutuk setiap tindak tanduk yang mengancam konsensus perdamaian mereka.
(asy/asy)











































