Departemen Kesehatan Filipina menuturkan, kembang api telah melukai 253 orang di wilayahnya. Sedangkan 8 orang lainnya terkena peluru nyasar. Salah satu korban luka adalah seorang anak laki-laki berusia 8 tahun yang kehilangan tangan kanannya akibat kembang api.
Departemen tersebut memperingatkan warga bahwa korban luka atau bahkan korban tewas bisa saja bertambah saat perayaan tahun baru yang biasa diwarnai dengan keramaian dan pesta kembang api. Demikian seperti dilansir AFP, Selasa (31/12/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam keyakinan warga Filipina, membuat keributan saat menyambut datangnya Tahun Baru merupakan tradisi sejak lama. Hal tersebut diyakini bisa mengusir roh jahat dan mendatangkan keberuntungan.
Tidak sedikit warga setempat yang melakukan tradisi tersebut dengan cara yang ekstrem, termasuk dengan menembakkan senapan ke udara dan menyalakan kembang api berkekuatan besar. Tahun lalu, dua orang anak tewas akibat terkena peluru nyasar. Sedangkan lebih dari 400 orang luka-luka akibat kembang api dan peluru nyasar.
Banyaknya insiden semacam ini memicu publik untuk menyerukan pembatasan kepemilikan senjata api. Terlebih, pasar gelap penjualan senjata api sangat marak di negara ini. Senjata tanpa izin bisa dibeli dengan harga murah.
Sementara itu, otoritas setempat hanya mengizinkan penjualan kembang api ukuran kecil. Namun tetap banyak yang menjual kembang api berukuran besar yang berisiko memicu cedera bahkan membunuh jika digunakan sembarangan.
Hari ini, banyak warga yang memborong kembang api, termasuk yang berukuran besar. Mereka mengabaikan imbauan pemerintah untuk merayakan tahun baru secara khidmat.
"Tidak akan lengkap tanpa kembang api. Ini merupakan tradisi keluarga dan kita tidak bisa menghentikannya begitu saja," ucap warga bernama Jepy Roxas saat membeli berkotak-kotak kembang api besar.
(nvc/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini