"Ada kawanan pencuri bersenjata. Bila mereka tahu bahwa anda memiliki makanan yang disimpan, mereka akan memaksa dan merampok anda di bawah todongan senjata. Ini menakutkan," kata salah seorang penduduk seperti diceritakan kepada AFP, Senin (11/11/2013).
Guiuan adalah kota di bagian timur Provinsi Samar yang porak-poranda terdampak hempasan topan Haiyan berkekuatan 315 kilometer per jam, Jumat (8/11) pekan lalu. Wilayah ini cukup dikenal dengan keindahan pantainya pada zaman kolonial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sedikit sementara jumlah mereka begitu banyak," kata salah seorang polisi.
Petugas tersebut merupakan satu dari 35 polisi yang diterjunkan ke Guiuan pasca-terjangan topan Haiyan. Fasilitas umum seperti listrik dan komunikasi mati akibat terpaan topan. Pohon-pohon besar tumbang dan menutup akses menuju ke kota dimana warga berharap dapat memperoleh bantuan makanan dan obat-obatan.
Selain itu, gedung-gedung besar bahkan stadion olahraga rata dengan tanah dihantam topan Haiyan. Gereja yang menjadi penanda penjelajah Portugis mendarat di Filipina pada 1521, Ferdinand Magellan, turut hancur.
Seorang warga memperkirakan jumlah korban di Guiuan relatif kecil dibanding jumlah korban di kota-kota lain di Filipinan yang mencapai 10 ribuan jiwa. "Kurang dari seratus," kata salah seorang warga.
(ahy/dnu)