Serangan lebah yang bernama 'killer hornet' atau lebah pembunuh tersebut dimulai pada bulan Juli lalu. Sejauh ini, sudah ada 1.640 orang yang menjadi korban luka akibat terkena sengatan lebah pembunuh tersebut.
Dari jumlah tersebut, sekitar 206 orang harus menjalani perawatan medis di rumah sakit setempat. Demikian seperti disampaikan Komisi Kesehatan Nasional dan Keluarga Berencana dan dilansir AFP, Kamis (3/10/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sejumlah foto, terlihat para korban luka dengan sengatan yang cukup parah. Bahkan ada beberapa korban luka yang dirawat di rumah sakit dengan luka sengatan yang membengkak sangat besar di bagian kaki.
Secara terpisah, profesor entomologi (ilmu tentang serangga) dari Northwest Agriculture Forestry University, China, Hua Baozhen menyebutkan penyebab lain dari serangan lebah pembunuh ini. Menurutnya, berkurangnya jumlah populasi musuh alami lebah, seperti laba-laba dan burung, ikut memicu migrasinya lebah-lebah ini.
Media setempat, Shaanxi Daily melaporkan bahwa serangan lebah pembunuh tersebut paling parah terjadi di kota Ankang, Hanzhong dan Shangluo. Sebagai pencegahan, Dinas Kehutanan setempat mengirimkan tiga tim untuk memperingatkan dan meningkatan kewaspadaan warga terhadap serangan lebah pembunuh.
Bahkan dilaporkan oleh media setempat CNWEST, pemerintah setempat mengalokasikan dana sebesar 6 juta yuan (Rp 11 miliar) untuk upaya pencegahan serangan lebah ini dan juga untuk perawatan para korban luka di tiga kota.
Lebah pembunuh ini berukuran lebih besar dari lebah biasa. Kantor berita Xinhua menggambarkan lebah ini berukuran sebesar jempol orang dewasa. Sedangkan China News mengutip keterangan salah satu petugas pembasmi lebah, bahwa binatang tersebut berukuran sekitar 3-4 cm dan ribuan ekor bisa menempati satu sarang.
(nvc/ita)