Para tentara Kenya yang tengah melakukan penyisiran di dalam mal untuk melumpuhkan pelaku, mengaku melihat seorang wanita berkulit putih yang mengenakan cadar sibuk meneriakkan instruksi kepada para pria bersenjata asal Somalia. Instruksi ini disampaikan dalam bahasa Arab ketika banyak pengunjung mal berusaha menyelamatkan diri.
Melalui pernyataannya, kelompok militan Al Shabaab (yang juga disebut Shebab) mengklaim bertanggung jawab atas aksi yang sejauh ini telah menewaskan 68 orang dan melukai sekitar 200 orang lainnya. Demikian seperti dilansir Daily Mail, Senin (23/9/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Samantha merupakan istri Jermaine Lindsay yang melakukan bom bunuh diri di stasiun bawah tanah London pada 7 Juli 2005 lalu. Bersama dengan 3 pelaku lainnya, Lindsay mendalangi bom bunuh di sejumlah lokasi yang menewaskan 52 orang. Samantha merupakan buron kepolisian Inggris karena diduga terkait dengan jaringan militan Al-Qaeda.
"Sherafiyah lewthwaite aka samantha is a vrave [brave] lady! were [we are] happier to have her in our ranks!" tulis kelompok Al Shabaab dalam akun Twitternya yang kini sudah ditutup. Sherafiyah merupakan nama Islam yang kini digunakan Samantha.
"our mujahideen are prepared to die for our cause!" tulis mereka dalam tweet yang berbeda. Ketika penembakan dan penyanderaan berlangsung mulai Sabtu (21/9) lalu, kelompok militan ini terus memberikan perkembangan situasi melalui akun Tweet tersebut.
Selain berkoar-koar soal keterlibatan Samantham, Al Shabaab juga mengklaim adanya dua pria Inggris yang ikut dalam aksi ini. Keduanya bernama Liban Adam (23) dan Ahmed Nasir Shirdoon (24) dan disebut merupakan anggota tim 'holy warriors'.
Dalam pernyataannya, kelompok mengklaim melakukan aksi keji ini sebagai bentuk balas dendam atas intervensi militer Kenya di wilayah Somalia. Al Shabaab dikenal memiliki perencanaan yang matang dan memiliki banyak persenjataan serta perlengkapan yang mumpuni, termasuk banyak amunisi dan peralatan night vision.
Kelompok ini juga telah menghancurkan seluruh CCTV yang ada di dalam mal, sehingga aksi mereka sama sekali tak terdeteksi. Sejumlah sandera yang tidak diketahui jumlahnya diyakini masih berada di dalam mal dengan empat lantai ini.
Hingga Minggu (22/9) malam waktu setempat, mal ini telah dikepung oleh polisi dan tentara Kenya. Dilaporkan lantai dasar dan lantai satu dikuasai oleh tentara Kenya. Sedangkan para pelaku diduga bersembunyi di lantai dua dan tiga.
(nvc/mad)